Sabtu, 03 Mei 2008

Ikon Jawa Barat : "Jangan Layu Sebelum Berkembang"



Antara Kertajati dan Suvarnabhumi
Oleh HARJOKO SANGGANAGARA *)

Proyek Bandara Internasional Jawa Barat atau BIJB yang bernama Kertajati tidak boleh menjadi mimpi yang kandas. Sebagai salah satu ikon visi dan misi Jabar 2010 menuju provinsi termaju dan menjadi mitra terdepan ibu kota negara, program tersebut mestinya dipacu dari segala aspek. Pentingnya penguatan Badan Kerja Sama Pembangunan dan Pengelolaan BIJB agar tidak terjadi polemik dan pelemahan sinergi dalam tahapan pembangunan Bandara Kertajati.

Penyertaan dana pemerintah untuk menggulirkan pembangunan Bandara Kertajati hendaknya dipercepat dan tidak perlu melahirkan polemik yang kontraproduktif. Sebab, penyertaan dana itu akan menjadi stimulus investasi bagi akselerasi pembangunan Bandara Kertajati yang total membutuhkan lahan sekitar 5.000 hektar, dengan peruntukan 1.200 hektar untuk BIJB dan 2.800 hektar untuk Aerocity. Proyeksi di Aerocity sebanyak 15 persen dibangun untuk kawasan industri, 10 persen untuk kawasan wisata, 13 persen untuk kawasan perdagangan, 40 persen untuk perumahan, dan sisanya untuk prasarana jalan, jembatan, serta konservasi lingkungan hidup.
Beberapa pihak sempat mengkhawatirkan bahwa aspek potensi bandara kargo untuk Kertajati kurang memiliki prospek. Yang berpotensi barulah untuk embarkasi jemaah haji. Kekhawatiran prospek bandara kargo bisa dieleminasi mengingat potensi industri, agronomi, wisata, dan repair shop aircraft di Jabar merupakan potensi yang cukup besar. Kebutuhan untuk repair shop untuk komponen, engine, dan interior pesawat terbang sifatnya rutin atau tidak musiman. Kebutuhan perawatan perusahaan penerbangan umumnya melakukan subkontrak kepada pihak lain yang telah menjadi anggota Aircraft Maintenance Organization (AMO) yang diatur dalam Civil Aviation Safety Regulation (CASR) Part 145. Selama memperoleh sertifikasi sesuai dengan CASR Part 145, perusahaan tersebut berhak menangani jenis pesawat apa pun. Beberapa jenis usaha perawatan pesawat terbang, interior, dan turbin gas untuk industri yang ada di Jabar bisa lebih berkembang jika eksistensi Bandara Kertajati sudah terwujud. Begitu juga untuk beberapa anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia, seperti PT Nusantara Turbin dan Propulsi, bisa lebih mengembangkan portofolio usahanya di kawasan Aerocity Bandara Kertajati. Berkembangnya repair shop di Bandara Kertajati akan menyerap banyak tenaga kerja yang berkompeten dan ahli di Jabar, yang selama ini masih banyak yang menganggur, terutama untuk ribuan mantan karyawan PT Dirgantara Indonesia yang hingga kini masih belum bekerja di bidangnya.
Kemilau Suvarnabhumi

Tahapan pembangunan Bandara Kertajati bisa becermin dari Bandara Suvarnabhumi di Thailand. Kemilau Suvarnabhumi telah menjadi pusat kargo terbesar di Asia Tenggara. Prestasi itu terwujud karena adanya visi dan misi yang tangguh dalam membangun bandara di tengah persaingan ketat. Visi yang tangguh tersebut terlihat dengan adanya beberapa event yang melibatkan berbagai entitas bisnis penerbangan selama pembangunan bandara berlangsung. Event tersebut berupa Air Freight Asia Conference Exhibition, Star Alliance, dan event lainnya yang bertujuan menyinergikan jasa bandara. Dalam acara itu Cargo and Mail Commercial Department Thai Airliner mengadakan pameran dengan display dan mempresentasikan kegiatan serta layanan mereka di Bandara Suvarnabhumi. Kargo Thai Airliner di Bandara Suvarnabhumi meliputi wilayah seluas 90.000 meter persegi dengan kemampuan menyediakan layanan kargo hingga mencapai 966.000 ton per tahun untuk tahap pertama dan diperluas menjadi 1.226.000 ton per tahun sebelum tahun 2010. Pemerintah daerah dan pusat di Thailand seia-sekata guna menjadikan Bandara Suvarnabhumi menjadi pusat kargo terbesar di Asia. Bahkan, pengoperasiannya di bawah Customs Free Zone yang memungkinkan pengapalan dapat dengan mudah dipindahkan tanpa formalitas bea cukai. Visi yang tangguh dalam membangun Bandara Suvarnabhumi juga terlihat dengan kegigihan dalam membentuk Star Alliance yang merupakan perserikatan penerbangan bersama dengan Thai Airways International Public Company Limited. Mereka bekerja sama guna menentukan serangkaian proyek yang memberikan keuntungan bersama dalam konteks operasional Bandara Suvarnabhumi. Star Alliance merupakan perserikatan penerbangan terbesar di dunia dan memiliki 15 anggota yang merupakan jaringan penerbangan gabungan dunia, terdiri atas Air Canada, Air New Zealand, All Nippon Airways, Austrian Airways, Asiana Airlines, Lufthansa German Airlines, LOT Polish Airlines, Mexicana Airlines, SAS, Spanair, Singapore Airlines, Thai Airways International, United Airlines, dan VARIG Brailian Airlines.
Star Alliance melayani jaringan dunia lebih dari 700 bandara dari 128 negara dengan akses meliputi 500 lounge di seluruh dunia. Dengan becermin dari kesuksesan Bandara Suvarnabhumi, dapatlah ditarik konklusi bahwa visi yang tangguh dan political will yang padu antara pemerintah pusat dan daerah, serta kecerdasan dan daya inovasi Badan Kerja Sama Pembangunan dan Pengelolaan BIJB untuk membuat berbagai event kebandaraan merupakan modal dasar untuk secepatnya mewujudkan Bandara Kertajati yang telah diidam-idamkan oleh segenap rakyat Jabar.

Konsep bandara

Sebagai ikon Provinsi Jabar, bangunan terminal utama Bandara Kertajati harus memiliki konsep yang dinamis, tetapi tetap memiliki filosofi tradisional Sunda yang egaliter dan dinamis. Keterbatasan dana untuk membangun infrastruktur BIJB berakibat tidak bisa terbangunnya infrastruktur secara bersamaan. Untuk itulah konsep Bandara Kertajati sebaiknya diawali dengan penerapan teknologi simulasi bandara, baik simulasi konvensional maupun simulasi digital. Dengan simulator itu dapat dikaji secara rinci kapabilitas bandara untuk pelayanan total penumpang dan kargo per tahun dengan korelasi jumlah parkir pesawat, hanggar perawatan pesawat, dan beberapa faktor lain secara efektif. Arsitektur bandara sebaiknya dirancang dengan filosofi supaya bandara tidak menjadi tempat yang semrawut dan membingungkan.
Orientasi dan arah antara bagian darat seperti bagian check-in dan bagian udara seperti ruang tunggu mesti dikonsep secara nyaman meskipun dengan dana sangat terbatas. Filosofi dan konsep bangunan utama Bandara Kertajati juga harus diterjemahkan dengan rancangan atap yang tinggi, tetapi tetap mengalir di kedua sayap yang menuju pintu pemberangkatan. Rancangan atap yang mengalir adalah terjemahan dari konsep fisika teknik, yaitu peluruhan aliran semburan udara. Aliran udara itu untuk mengatur suhu udara (air conditioning/AC). Konsep AC di bangunan terminal utama untuk menyediakan tingkat kenyamanan umum untuk keseluruhan bangunan atau yang biasa disebut dengan sistem macroenvironmental. Pembangunan Bandara Kertajati diperkirakan membutuhkan dana hingga Rp 14 triliun dan sudah masuk dalam tata ruang Jabar dan nasional sebagai sistem perhubungan darat. Tentu saja kebutuhan itu tidak mungkin tercukupi oleh kocek pemerintah daerah maupun pusat. Untuk itulah dibutuhkan investor potensial yang akan menerjuni bisnis bandara. Namun, untuk menciptakan daya tarik investor dibutuhkan infrastruktur dasar berupa jalan tol dan jaringan moda kereta api yang menghubungkan Bandara Kertajati dengan titik potensial bisnis dan wisata di Jabar dan sekitarnya.

*) Budayawan, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari PDI Perjuangan
**) Artikel pernah dimuat di harian KOMPAS, 9 April 2007

Tidak ada komentar: