Jumat, 22 Agustus 2008

RPJPD Jawa Barat, "Meraih Kaki Bukit, Bukan Cita-Cita Setinggi Langit"


Gazela dan Singa Dalam Perda RPJPD

Oleh : HARJOKO SANGGANAGARA *)


Perda Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat tahun 2005-2025 telah disahkan dalam suasana kurang darah dan sepinya respon masyarakat. Kita semua bisa menilai apakah eksistensi Perda itu bersifat realistis, bombastis, atau merupakan dokumen “salah mimpi” karena terbatasnya kemampuan dalam merumuskan realitas dan meneropong masa depan.

Mestinya ada faktor Gazela dan Singa dalam menyusun Perda RPJPD Jabar. Karena fakta menunjukkan bahwa persaingan hidup semakin sengit dan dalam tempo yang sangat cepat. Kondisi persaingan di era globalisasi jilid tiga sekarang ini bisa dianalogikan seperti berlari bersama Gazela ( Kijang ) dan mencari makan berhadapan dengan Singa. Faktor Gazela dan Singa merupakan filosofi dari Dromokrasi yang berarti pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi terletak pada faktor kecepatan. Istilah Dromokrasi berasal dari akar kata dromo yang dalam bahasa Yunani berarti berpacu atau cepat dan kratos berarti pemerintahan. Pada era globalisasi, kecepatan menjadi ciri kemajuan sehingga membentuk progres tata pemerintahan dalam tempo tinggi.
Jika kita cermati Perda RPJPD isinya belum menekankan secara tegas akan pentingnya faktor kecepatan. Serta belum tampak milestones pembangunan secara sistematik. Hal itu disebabkan belum adanya dukungan Expert System sebagai alat yang canggih untuk menyusun rencana pembangunan, pembuatan keputusan dan pengendalian pembangunan. Sebagai catatan, Expert Systems biasanya dibuat atas kerangka kerja fakta dan jawaban terhadap situasi yang sudah dianalisasi secara valid dan terstandarisasi. Expert System itu dalam konteks rencana pembangunan wilayah atau infrastruktur biasanya berupa visualisasi rencana pengembangan. Visualisasi tersebut dalam dunia otomotif atau perancangan pesawat terbang biasa disebut dengan mock-up. Kemajuan perangkat aplikasi komputer seperti CATIA yang berkemampuan solid modeling sangat memungkinkan membuat digital mock-up yang sangat praktis. Dengan digital muck-up itu berbagai macam iterasi dan modifikasi desain bisa dilakukan perubahan dengan cepat. Contoh Expert System yang sangat bagus telah dimiliki oleh kota Beijing di Cina yang bernama Beijing Municipality Planning Exhibition. Dengan adanya Beijing Municipality siapapun bisa mengetahui secara detail seperti apa kondisi kota Beijing selama lima, sepuluh, hingga duapuluh lima tahun kedepan secara valid dan sangat meyakinkan. Dengan demikian pembangunan bisa terpacu dan relevan dengan tantangan jaman.
Sesuai dengan UU Nomor 25 tahun 2004, bahwa dalam Perda RPJPD juga tertuang rumusan visi untuk merancang masa depan pembangunan daerah. Visi pembangunan daerah Jabar yang telah dirumuskan adalah “Dengan Iman dan Taqwa Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia”. Warga Jabar dipersilahkan merenung apakah visi diatas bisa menjadi kompas pembangunan daerah. Atau hanya sekedar kata-kata mutiara yang indah. Mestinya visi diatas bisa menyemangati sekaligus mampu menjadi pekik komando dalam berpacu dengan Gazela dan berkompetisi dengan Singa dalam membentuk masa depan. Bagaimanapun juga, RPJPD merupakan dokumen perencanaan yang mengandung unsur kebijakan publik. Dan selanjutnya sebuah kebijakan publik tidak hanya menjadi barang pajangan tetapi harus diimplementasikan. Arti lebih lanjut dari hal diatas adalah bahwa RPJPD harus mempunyai keterkaitan nyata (tangible) dengan dokumen RPJMD. Setidaknya harus ada indikator dan korelasi positip terhadap sasaran lima tahunan. Kekuatan RPJPD sebagai satu dokumen perencanaan akan terwujud jika ada kejelasan mengenai faktor-faktor yang akan dikembangkan sebagai pendukung pencapaian visi dalam kurun 20 tahun kedepan yang terdistribusi bebannya secara baik dalam 5 tahunan.
Untuk menggambarkan realitas dan membentuk masa depan menurut Prof. Thurow dari Massachusets Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat terdapat dua kata kunci. Dimana keduanya memberikan gambaran langsung dari tantangan yang akan membentuk masa depan. Kedua kata kunci tersebut adalah : pertama, semakin berkurangnya arti dan peran sumber daya alam dan buruh sebagai modal dasar pembangunan. Dan yang kedua semakin meningkatnya peran dari kreatifitas dan daya inovasi manusia (human ingenuity) sebagai unsur pokok dalam menentukan keunggulan dan keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Disisi yang lain isi RPJPD Jabar justru menempatkan sumberdaya alam dan melimpahnya buruh sebagai modal dasar pembangunan daerah. Posisi geografis Jabar yang berbatasan dengan Ibukota Negara menjadi penyangga serta lintasan utama arus regional penumpang dan barang antar pulau Sumatera-Jawa-Bali. Namun, faktor itu bisa kurang berarti jika pembangunan infrastruktur sangat lambat dan kurang memadai jumlahnya.
RPJPD juga memberikan perhatian terhadap pertumbuhan lapangan kerja dengan cara mendorong sektor pertanian multiaktivitas. Sayangnya, sektor pertanian multiaktivitas belum terdefinisi secara kokoh. Masih bersifat amorfik alias bentuknya masih berubah-ubah. Nampaknya janji Gubernur dan Wagub untuk menciptakan sejuta lapangan kerja per-tahun untuk warga Jabar sangat sulit diwujudkan. Akibatnya, Jabar masih terus menduduki urutan pertama dalam jumlah pengangguran. Mestinya RPJPD mampu mentransformasikan profesi atau jenis pekerjaan penduduk Jabar yang tidak memiliki prospek masa depan. Serta pentingnya Reinventing atau menemukan kembali masa depan industri budaya atau industri kreatif dengan langkah-langkah yang lebih progresif dan sistemik. Sebagai catatan, lapangan pekerjaan utama penduduk Jabar masih didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan, yaitu sebesar 27 persen untuk sektor pertanian dan 26 persen sektor perdagangan. Kemudian disusul sektor industri sebesar 18 persen, jasa 12 persen, sektor angkutan dan pergudangan 9 persen dan sisanya belum bisa didefinisikan secara layak karena jenis pekerjaan tersebut bersifat serabutan. Melihat postur pekerjaan utama penduduk Jabar yang dalam kondisi rapuh, ditambah semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual lulusan perguruan tinggi. Diperlukan terobosan dalam penciptaan lapangan kerja baru terutama yang berbasis industri kreatif atau industri budaya. Pentingnya pembangunan infrastruktur untuk industri kreatif dan lebih banyak lagi dibangun Balai Latihan Kerja ( BLK ) yang mengajarkan beragam produk kreatif. Sehingga akan lahir pekerjaan jenis baru atau future of work di era globalisasi. Gambaran singkat dari kinerja ekonomi kreatif menurut World Bank pada 2006 adalah mencapai pertumbuhan 9 persen per-tahun. Dan 7,3 persen PDB dunia adalah kontribusi dari industri kreatif. Pekerja kreatif akan terus tumbuh rata-rata di atas 5 persen setiap tahun. Apakah RPJPD Jabar telah mengakomodasikan secara baik sektor industri kreatif ? Nyatanya, anggaran di sektor seni, budaya dan infrastuktur terkaitnya dalam APBD setiap tahunnya masih sangat kecil. Jangankan berpacu dengan Gazela, berlari mengejar Domba pun rasanya tidak sanggup.

*)    Artikel dimuat di harian KOMPAS, 15 September 2008
**) Budayawan, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat

Senin, 11 Agustus 2008

Olah Raga Bangun Mental Bangsa, PERSIB Bangkitkan Energi Kolektif Warga Jabar



Membangun Budaya Sportifitas Bobotoh Persib

Oleh : HARJOKO SANGGANAGARA *)

Sang petualang globalisasi gelombang pertama yakni Marco Polo pada 1254 mengambil secara diam-diam permainan sepak bola dari daratan Asia khususnya negeri Cina lalu dibawa ke daratan Eropa. Sejak saat itu sepak bola menjadi cermin sosial dan barometer tingkah laku masyarakat. Sampai-sampai pemikir sosial Antonio Gramsci menyatakan bahwa sepakbola merupakan model masyarakat yang sangat membutuhkan penegakan hukum fair play dan sportifitas. Betapa sulitnya membangun budaya sportifitas bagi suporter sepak bola. Namun, sesulit apapun usaha itu harus tetap dilakukan tanpa ada kata putus asa. Termasuk usaha untuk membangun budaya sportifitas bagi generasi baru bobotoh Persib sekarang ini. Harus diakui secara jujur bahwa pesona Persib bagi generasi muda di tatar Pasundan sangat luar biasa dan mengalahkan pesona partai politik atau ormas manapun.

Alangkah sayangnya jika energi kolektif suporter Persib tidak bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan produktif. Pelarangan bermain dikandang sendiri bagi Persib dalam laga kompetisi Liga Super Indonesia 2008 akhir-akhir ini merupakan dilema besar yang mesti dipecahkan segera. Mestinya orangtua dan pemegang otoritas keamanan tidak serta merta menghukum bobotoh Persib dengan “palu godam” yang bisa meremukkan energi kolektif kaum belia. Bukankah, kita sebagai orang tua di tatar Pasundan ini sangat berdosa karena sudah puluhan tahun belum mampu membangun stadion atau SOR ( sarana olah raga ) yang representatif dan modern. Alangkah malangnya nasib anak-anak kita yang kesulitan fasilitas olah raga dan ruang untuk berkreasi.
Membangun budaya sportifitas bagi bobotoh Persib sebenarnya bukan pekerjaan mahal, tetapi butuh ketulusan, ketelatenan dan daya kreatifitas. Dari aspek psikososial suporter Persib tak ubahnya seperti Tifosi, sebutan dari suporter Italia. Mereka itu ada kesamaan yakni tidak sekedar menonton pertandingan, tetapi cenderung ikut menentukan jalannya permainan sebagai “aktor” di pinggir lapangan. Dengan demikian para suporter dalam status sebagai “aktor” sebaiknya didorong atau diberi fasilitas tertentu supaya lebih bertanggung jawab. Selain itu agar suguhan teaternya tak kalah sensasional dari pertandingan sepakbolanya. Juga harus dibangun daya kecerdasannya agar mampu menyedot atensi dan liputan media masa. Alangkah eloknya jika para pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat sering larut ditengah aksi supporter itu. Menghadapi gejolak bobotoh Persib akhir-akhir ini dibutuhkan metode yang persuasif. Seperti halnya langkah perusahaan multinasional Honda yang ikut serta membangun budaya sportif dikalangan suporter sepak bola. Yang berusaha mengeleminir perilaku suporter yang destruktif dan mentransformasikan menjadi hiburan kolosal yang atraktif baik di dalam maupun di luar stadion. Transformasi itu bisa berlangsung secara baik jika perkumpulan suporter mampu membuat tribun penonton tak ubahnya seperti panggung teater yang mampu menyajikan paduan suara, koreografi hingga panggung humor kolosal. Dan jangan lupa bahwa faktor humor atau komedi yang disisipkan dalam siklus pertandingan sepak bola sangat ampuh untuk meredam emosi sekaligus pembangkit sikap sportifitas. Dalam hal itu kemurungan akibat kekalahan pertandingan bisa ditransformasikan menjadi gelak tawa yang menyehatkan jiwa raga. Tampaknya bobotoh Persib perlu terapi tertawa secara interaktif untuk mencegah efek petasan sumbu pendek alias beban psikologis yang sedang mengimpit. Perlu dicatat, bahwa pada era globalisasi sekarang ini humor atau kejenakaan merepresentasikan salah satu bentuk intelegensi manusia yang paling tinggi. Tak kurang dari Fabio Sala yang teorinya menyatakan bahwa humor yang digunakan secara mahir akan melancarkan berbagai aktivitas organisasi, termasuk aktivitas olah raga.
Terapi tertawa secara interaktif bagi supporter sepak bola diyakini bisa mengurangi tajamnya rivalitas, mengurangi ketegangan, dan membantu mengkomunikasikan pesan-pesan yang sulit dipahami. Jika perlu, sebelum pertandingan sepak bola dimulai diadakan terapi ketawa lewat gerakan senam atau peragaan lain. Sehingga ketegangan dan emosi penonton bisa dinormalisir. Pada saat ini ahli psikologi masa menyatakan bahwa humor mereprensentasikan aspek ide dan pemikiran yang cemerlang yang dibutuhkan pada era kompetisi yang sengit. Terapi ketawa terhadap suporter sepak bola yang dilakukan secara teratur bisa melahirkan situasi ceria, yang pada gilirannya bisa meningkatkan sportifitas dan kolaborasi yang lebih luas. Melalui terapi itu bisa di eksplorasi nilai-nilai kebajikan dari ketawa. Nilai-nilai kebajikan itu antara lain terlihat dalam riset yang dilakukan oleh Lee Berk yang menunjukkan bahwa ketawa dapat menurunkan hormon-hormon stres dan meningkatkan sistem kekebalan. Juga riset dari Robert Provine yang tergambar dalam bukunya berjudul “Laughter, A Scientific Investigation” yang menyajikan penjelasan yang mendalam tentang antropologi dan biologi ketawa. Dijelaskan bahwa ketawa mengandung manfaat aerobik. Juga mengaktifkan sistem saraf otak, meningkatkan kecepatan jantung, memompa darah ke dalam organ-organ tubuh bagian dalam. Diantara kita banyak yang kurang sadar bahwa kinerja atau denyut jantung dalam waktu sepuluh menit dengan mengayuh mesin olahraga elektronik setara dengan satu menit ketawa yang tulus saat menonton langsung pertandingan sepak bola. Paradigma membangun budaya baru sportifitas suporter sepak bola yang bisa menangkal kerusuhan sejalan dengan nilai-nilai yang dipromosikan oleh Komite Olimpiade Internasional. Bahwa partisipasi suporter yang sehat itu lebih penting dibandingkan dengan sebuah angka kemenangan.
Disisi yang lain, mesin pembangkit energi kolektif masyarakat Jabar yang bernama Persib telah berusia 75 tahun dan sudah melahirkan beberapa generasi bobotoh. Namun, generasi bobotoh sekarang ini dalam situasi disimpang jalan yang sangat riskan akibat akumulasi masalah sosial. Apalagi, pemerintah daerah masih belum mampu menyediakan SOR yang pantas bagi rakyatnya. (*)

*) Budayawan, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat