tag:blogger.com,1999:blog-23159305797299058002024-02-06T21:59:42.484-08:00Harjoko SangganagaraPemikiran dan Tindakan Untuk KehidupanHarjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.comBlogger120125tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-66397578193620816022024-01-13T02:25:00.000-08:002024-01-13T02:25:05.983-08:00Program PDI Perjuangan <p> Visi PDI Perjuangan : </p><p>Mempercepat Indonesia Unggul Melalui Jalan Trisakti.</p><p>Trisakti : Berdaulat di bidang politik; Berdikari di bidang ekonomi; Berkepribadian dalam kebudayaan.</p><p>Misi PDI Perjuangan:</p><p>1. Mendidik dan mencerdaskan Rakyat agar bertanggungjawab menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara;</p><p>2. Melakukan rekrutmen anggota dan kader partai untuk ditugaskan dalam struktural partai, lembaga-lembaga politik dan lembaga-lembaga publik; </p><p>3. Membentuk kader partai yang berjiwa pelopor dan memiliki pemahaman, kemampuan menjabarkan dan melaksanakan ajaran Bung Karno dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa bernegara ;</p><p>4. Menghimpun merumuskan dan memperjuangkan aspirasi Rakyat menjadi kebijakan pemerintahan negara;</p><p>5. Menghimpun membangun dan menggerakkan kekuatan Rakyat guna membangun dan mencapai cita-cita masyarakat Panca Sila;</p><p>6. Membangun komunikasi politik berlandaskan hakikat dasar kehidupan berpolitik serta membangun partisipasi politik warga negara ;</p><p>7. Mempertahankan menyebarluaskan dan melaksanakan Panca Sila sebagai dasar pandangan hidup dan tujuan berbangsa dan bernegara;</p><p>8. Menjabarkan menyebarluaskan dan membumikan ajaran Bung Karno dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara;</p><p>9. Meperjuangan kebijakan politik partai menjadi kebijakan politik penyelenggara negara.</p><p>Program PDI Perjuangan</p><p>1. Pembangunan Manusia dan Kebudayaan</p><p>Pembangunan manusia Indonesia dilakukan dengan meningkatkan kualitas intelektual penguasaan ilmu dan teknologi serta keterampilan dan produktivitasnya sehingga menjadi berkarakter bermental kreatif dan inovatif serta mampu berproduksi secara berkelanjutan. </p><p>Untuk itu PDI Perjuangan melakukan transformasi menyeluruh pembangunan Manusia Indonesia yang unggul berkepribadian dalam kebudayaan berkualitas produktif dan memiliki daya saing global.</p><p>PDI Perjuangan memastikan negara hadir untuk membantu fakir miskin dan anak terlantar agar terpenuhi kebutuhannya dan memberdayakannya agar keluar dari kemiskinan.</p><p>Selanjutnya kekuatan sumber daya manusia dibangun melalui transformasi di bidang sosial khususnya pendidikan dan kesehatan agar mampu memanfaatkan semua peluang ekonomi dan kesempatan kerja termasuk untuk mengelola kekayaan sumber daya alam Indonesia demi sebesar besarnya kemakmuran rakyat dan keadilan sosial tanpa kehilangan jati diri .</p><p>PDI Perjuangan juga melakukan akselerasi penguasaan sains dan teknologi melalui percepatan riset dan inovasi berdikari.</p><p>2. Pembangunan Ekonomi</p><p>PDI Perjuangan mempercepat penguatan struktur perekonomian dan perwujudan pembangunan Nasional yang adil berdikari dan maju. Perekonomian Rakyat banyak harus bergerak semakin besar untuk kemajuan pembangunan yang semakin adil-merata dinikmati oleh segenap warga negara Indonesia dengan mengandalkan kekuatan produktif Rakyat secara bergotongroyong. Dalam kaitan itu PDI Perjuangan mempercepat perwujudan infrastructure fisik dan transformasi ekosistem digital yang merata.</p><p>3. Pembangunan Maritim dan Lingkungan Hidup.</p><p>PDI Perjuangan memperteguh kembali dan mempercepat pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan pembangunan lingkungan hidup yang lestari. </p><p>Posisi geostrategis Indonesia sebagai negeri bahari Nusantara dan kata sumber daya alam merupakan sebuah kekuatan strategis untuk mengendalikan jalur perdagangan, meningkatkan kesejahteraan Rakyat dan modal strategis diplomasu global untuk membangun tata Dunia yang adil setara dan makmur.</p><p>PDI Perjuangan bertekad memaksimalkan posisi strategis geopolitik yang menghubungkan samudra Indonesia dan samudra Pasifik dengan memanfaatkan setiap potensi maritimnya untuk Dunia Baru yang adil merata, ikut menciptakan perdamaian kawasan dan Dunia atas dasar Pancasila dan politik Non-Blok serta melindungi lingkungan Hidup global yang berkelanjutan.</p><p>(4) Pembangunan Politik Hukum dan Pertahanan Keamanan</p><p>PDI Perjuangan mempercepat reformasi dan transformasi total pembangunan tata kelola pemerintahan politik dan hukum yang bersih adil serta bebas dari korupsi serta memperkuat pembangunan Pertahanan yang memperkuat harkat bangsa dan negara.</p>Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-28613824099922810952019-09-04T19:43:00.002-07:002019-09-04T19:43:45.105-07:00HUT ke-74 RI<span class="cb cc" style="background-color: #f3f4f7; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: x-small; font-weight: bold; line-height: 16px; white-space: pre-wrap;">Menjaga Keutuhan dan Kesatuan NKRI sebagai Cita-cita Proklamasi</span><br />
<div class="cd" style="background-color: #f3f4f7; color: #3e4350; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-top: 2px; white-space: pre-wrap;">
<span class="cb ce" style="color: grey; font-size: x-small;">BALEENDAH, Balebandung.com - Pada tanggal 17 Agustus 1945, 74 tahun yang lalu, upacara Proklamasi Kemerdekaan RI berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol, Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, segera memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk ber</span></div>
<span class="cb ce" style="background-color: #f3f4f7; color: grey; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: x-small; font-weight: bold; line-height: 16px; white-space: pre-wrap;">www.balebandung.com</span>Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-79678710705930297832019-09-04T19:40:00.000-07:002019-09-04T19:40:05.458-07:00Menyambut Tahun Baru 1441 H<span class="cb cc" style="background-color: #f3f4f7; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: x-small; font-weight: bold; line-height: 16px; white-space: pre-wrap;">Menyambut Tahun Baru 1441 H, Mengenang Nabi Muhammad SAW (570 - 632)</span><br />
<div class="cd" style="background-color: #f3f4f7; color: #3e4350; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; margin-top: 2px; white-space: pre-wrap;">
<span class="cb ce" style="color: grey; font-size: x-small;">by HARJOKO SANGGANAGARA, Dosen STIA Bagasasi Bandung dan Program Pascasarjana Universitas Galuh Ciamis. Balebandung.com - Islam secara umum dipahami sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Karena itu beberapa penulis barat menyebutnya Mohammedanism. Istilah ini dipopulerkan oleh H.A.R.</span></div>
<span class="cb ce" style="background-color: #f3f4f7; color: grey; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: x-small; font-weight: bold; line-height: 16px; white-space: pre-wrap;">www.balebandung.com</span>Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-69814242595185866032019-05-10T05:36:00.000-07:002019-05-10T05:36:01.467-07:00Menyambut Hari Pendidikan Nasional 2019https://belajartop.com/ikatan-sarjana-rakyat-indonesia/<br />
<br />
<div id="header" style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; height: 114px; line-height: 13px; margin: 0px; padding: 10px; vertical-align: baseline;">
<div class="logo" style="border: 0px; float: none; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<a href="https://belajartop.com/" style="border: 0px; color: #1a64b0; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><img alt="BELAJAR TOP" scale="0" src="https://belajartop.com/wp-content/uploads/2019/03/newhead.png" style="border: 0px; height: auto; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: baseline;" title="BELAJAR TOP" /></a></div>
<div class="header-right" style="border: 0px; float: none; margin: 0px; padding: 10px 0px 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<div class="menu-primary-responsive-container" style="border: 0px; margin: 10px 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 300px;">
<select class="menu-primary-responsive" style="border-color: rgb(221, 221, 221); padding: 5px; width: 300px;"><option value="#">Menu</option><option value="https://belajartop.com/">– Home</option><option value="https://belajartop.com/kontak-kami/">– KONTAK KAMI</option><option value="https://belajartop.com/tentang-kami/">– TENTANG KAMI</option></select></div>
</div>
</div>
<div class="clearfix" style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="menu-secondary-responsive-container" style="border: 0px; margin: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<select class="menu-secondary-responsive" style="border-color: rgb(221, 221, 221); padding: 5px; width: 300px;"><option value="#">Navigation</option><option value="https://belajartop.com/category/giat-belajar/">– GIAT BELAJAR</option><option value="https://belajartop.com/category/karyaku/">– KARYAKU</option><option value="https://belajartop.com/category/karyaku/artikel/">–– Artikel</option><option value="https://belajartop.com/category/karyaku/cerpen/">–– Cerpen</option><option value="https://belajartop.com/category/karyaku/kiriman-naskah/">–– Kiriman Naskah Dari Pembaca</option><option value="https://belajartop.com/category/parenting/">– PARENTING</option><option value="https://belajartop.com/category/parenting/bimbingan-bakat/">–– Bimbingan Bakat Anak</option><option value="https://belajartop.com/category/parenting/karakter/">–– Karakter</option><option value="https://belajartop.com/category/parenting/pengembangan-diri/">–– Pengembangan Diri</option><option value="https://belajartop.com/category/parenting/strategi-ujian-nasional/">–– Strategi Memenangkan Ujian Nasional</option><option value="https://belajartop.com/category/parenting/tips/">–– Tips</option><option value="https://belajartop.com/category/event/">– EVENT</option><option value="https://belajartop.com/category/event/event-pendidikan/">–– Event Pendidikan</option><option value="https://belajartop.com/category/event/event-sponsor/">–– Event Sponsor</option><option value="https://belajartop.com/category/event/lomba-mewarnai/">–– Lomba Mewarnai</option><option value="https://belajartop.com/category/event/lomba-olah-raga/">–– Lomba Olah Raga Sekolah & Kampus</option><option value="https://belajartop.com/category/prestasi/">– PRESTASI</option><option value="https://belajartop.com/category/prestasi/guru-juara/">–– Guru Juara</option><option value="https://belajartop.com/category/prestasi/hobi-juara/">–– Hobi Juara</option><option value="https://belajartop.com/category/prestasi/murid-juara/">–– Murid Juara</option><option value="https://belajartop.com/category/prestasi/prestasi-akademik/">–– Prestasi Akademik</option><option value="https://belajartop.com/category/prestasi/unit-kegiatan-kemahasiswaan/">–– Unit Kegiatan Kemahasiswaan</option><option value="https://belajartop.com/category/profil/">– PROFIL</option><option value="https://belajartop.com/category/profil/dosen/">–– Dosen</option><option value="https://belajartop.com/category/profil/kampus/">–– Kampus</option><option value="https://belajartop.com/category/profil/kepala-sekolah/">–– Kepala Sekolah</option><option value="https://belajartop.com/category/profil/sekolah/">–– Sekolah</option><option value="https://belajartop.com/tentang-kami/">– TENTANG KAMI</option><option value="https://belajartop.com/kontak-kami/">–– KONTAK KAMI</option></select></div>
</div>
<div id="main" style="background: none rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13px; margin: 0px; padding: 15px 10px; vertical-align: baseline;">
<div id="content" style="border: 0px; float: none; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 300px;">
<div class="post post-single clearfix post-811 type-post status-publish format-standard has-post-thumbnail hentry category-event tag-isri tag-pendidikan-karakter tag-sarjana" id="post-811" style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="postmeta-primary" style="border: 0px; color: #555555; font-size: 12px; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span class="meta_date" style="background: none; border: 0px; margin: 0px; padding: 3px 0px; vertical-align: baseline;">07/05/2019</span> <span class="meta_categories" style="background: url("images/meta-separator.png") 0% 50% no-repeat; border: 0px; margin: 0px; padding: 3px 0px 3px 10px; vertical-align: baseline;"><a href="https://belajartop.com/category/event/" rel="category tag" style="border: 0px; color: #1a64b0; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">EVENT</a></span> <span class="meta_comments" style="background: url("images/meta-separator.png") 0% 50% no-repeat; border: 0px; margin: 0px; padding: 3px 0px 3px 10px; vertical-align: baseline;"><a href="https://belajartop.com/ikatan-sarjana-rakyat-indonesia/#respond" style="border: 0px; color: #1a64b0; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">No comments</a></span></div>
<h2 class="title" style="border: 0px; color: #333333; font-family: Oswald, sans-serif; font-size: 24px; font-weight: normal; line-height: 30px; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) Memandang Perlu Penguatan Pendidikan Karakter ke-Indonesia-an</h2>
<div class="entry clearfix" style="border: 0px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<img alt="" class="alignleft featured_image wp-post-image jetpack-lazy-image jetpack-lazy-image--handled" data-lazy-loaded="1" height="146" sizes="(max-width: 300px) 100vw, 300px" src="https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0019.jpg?fit=300%2C146&ssl=1" srcset="https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0019.jpg?w=1067&ssl=1 1067w, https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0019.jpg?resize=300%2C146&ssl=1 300w, https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0019.jpg?resize=768%2C373&ssl=1 768w, https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0019.jpg?resize=1024%2C497&ssl=1 1024w" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 1px solid rgb(204, 204, 204); float: left; height: auto; margin: 0px 10px 10px 0px; max-width: 100%; padding: 6px; vertical-align: baseline;" width="300" /><div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Belajartop.com – Peran pendidikan sangat dibutuhkan untuk menguatkan kebudayaan nasional. Melalui pendidikan karakter bangsa, diharapkan bisa menangkal munculnya kelompok-kelompok identitas yang menurunkan semangat kebangsaan. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Saat ini ada kecendurungan menurunnya semangat kebangsaan Indonesia dengan munculnya kelompok-kelompok identitas dengan simbol dan jargon dari golongan atau kelompok identitas tersebut,” terang Dr. Tarto Sentono, M.Pd, Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) dalam rilis yang disampaikan ke redaksi Belajartop.com, kemarin. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dr. Tarto yang sudah lama berkecimpung di Perguruan Taman Siswa ini menyayangkan, pendidikan karakter ke-Indonesia-an masih sebatas wacana. Bahkan residu radikalisme saat ini yang dirasakan adalah buah dari sistem pendidikan selama ini berjalan. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Justru saat Menteri Pendidikan Sarmidi Mangunsarkoro, konsep pendidikan karakter ke-Indonesia-an itu dapat terealisasi, yang mana ciri khas Indonesia dengan Pancasila dan budi pekerti selalu melekat dalam dunia pendidikan Indonesia,” papar Dr Tarto dalam sebuah diskusi dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional di Jakarta.</div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<h4 style="border: 0px; font-size: 16px; font-weight: normal; line-height: 1; margin: 0px 0px 16px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pendidikan Menghasilkan Manusia Cerdas</strong></h4>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dia mengatakan, persoalanya bagaimana pendidikan nasional bisa mewujudkan kesejahteraan bangsa (Bangsa Indonesia yang sejahtera) dan menghasilkan manusia-manusia yang cerdas seperti amanat alenia ke IV Pembukaan UUD 1946, tidak sekedar pandai. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Manusia cerdas yang dimaksud pada pembukaan UUD 1945 yaitu manusia yang mempunyai komitmen Kebangsaan Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945,” urainya. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Menurutnya, manusia cerdas yang diinginkan dalam UUD 1945 adalah manusia yang mempertahankan dan melaksanakan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Tantangan yang dihadapi Pendidikan Nasional saat ini yaitu pendidikan di zaman 4.0 yang serba digital, dan global dengan segala masalah dan kemudahannya,” ujarnya. </div>
<figure class="wp-block-image" style="border: 0px; margin: 0px 0px 1em; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><img alt="" class="wp-image-812 jetpack-lazy-image jetpack-lazy-image--handled" data-lazy-loaded="1" data-recalc-dims="1" sizes="(max-width: 960px) 100vw, 960px" src="https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0018.jpg?ssl=1" srcset="https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0018.jpg?w=960&ssl=1 960w, https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0018.jpg?resize=300%2C217&ssl=1 300w, https://i0.wp.com/belajartop.com/wp-content/uploads/2019/05/IMG-20190507-WA0018.jpg?resize=768%2C554&ssl=1 768w" style="border: 0px; height: auto; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: baseline;" /></figure><h4 style="border: 0px; font-size: 16px; font-weight: normal; line-height: 1; margin: 0px 0px 16px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kekuatan dan Peluang </strong></h4>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sementara Ketua Bidang Pendidikan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia, Dr. Harjoko Sangganagara, M.Pd menjelaskan, Indonesia memiliki potensi (kekuatan) sebagai modal memajukan bangsa. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Kekuatan bangsa Indonesia adalah memiliki falsafah gotong royong dan falsafah silih asuh, silih asih, dan silih asah. Suatu filosofi yang mengajarkan manusia untuk saling mengasuh yang dilandasai sikap saling mengasihi dan saling berbagi pengetahuan (pengalaman). Hal itu suatu konsep kehidupan demokratis yang berakar pada kesadaran dan keluhuran akal budi,” paparnya.</div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tak hanya kekuatan, Indonesia juga memiliki peluang yang menarik sebagai bangsa yang besar. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Industrialisasi yang terus berlangsung di Indonesia pada era perdagangan bebas, menuntut peningkatan kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan jenis, baik sekolah negeri maupun swasta,” katanya. </div>
<div style="border: 0px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Peningkatan kualitas ini, menurut dia, meliputi pengetahuan keahlian dan kepribadian peserta didik serta tenaga kepentidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat juga menuntut efektivitas dan efisiensi pelaksanaan sistem serta aktivitas pendidikan, penelitian dan penerapan pengetahuan dan teknologi. <strong style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(*)</strong></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-37733216324467092422019-03-07T05:02:00.002-08:002019-03-07T05:02:34.519-08:00Ideagora Dalam Pilkada<span style="font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kontan | 31 Oktober 2016</span></span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak diharapkan memunculkan fenomena yang disebut Ideagora. Masyarakat berharap agar pasangan yang ikut pilkada tidak sekedar menjadi penyalur aspirasi politik belaka. Melainkan juga sebagai pasar bagi gagasan, inovasi, dan pikiran unik yang bermutu bagi kepentingan publik. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Ideagora merupakan salah satu kajian Don Tapscott dalam bukunya yang berjudul Wikinomics. Berasal dari kata agora dalam bahasa Yunani kuno. Adalah arena yang menjadi pusat aktivitas politik dan perdagangan bagi warga Athena pada era itu. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Pesatnya teknologi informasi membuat ideagora menjadi fungsi yang sangat strategis. Karena menjadikan gagasan, inovasi, dan penemuan yang dapat diakses dan dikembangkan lebih lanjut oleh siapapun. Mekanisme diatas disebut pasar ideagora. Pasar tersebut semakin membesar berkat pemberitaan media masa dan jejaring sosial. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Lewat Pilkada rakyat menunggu seorang pemimpin yang memiliki segudang gagasan, kreativitas dan daya inovasi untuk mengangkat harkat dana martabat warganya.</span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Munculnya pasar Ideagora dalam pilkada juga bisa mendongkrak partisipasi publik dalam pemungutan suara. Tak bisa dimungkiri lagi bahwa rakyat semakin jenuh dengan proses pemungutan suara yang telah menguras dana, tenaga dan emosi. Rakyat mulai jenuh dengan hiruk pikuk demokrasi yang nyatanya tidak mampu merubah nasib mereka menjadi lebih baik. Selama ini marketing politik yang dijalankan oleh parpol kurang diwarnai dengan kekuatan perhatian publik lewat pasar gagasan yang muncul dari tengah rakyat. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Calon kepala daerah yang bertarung dalam pilkada serentak sebaiknya melakukan kampanye yang larut ditengah kehidupan rakyat secara apa adanya dengan pemikiran yang generik sehingga bisa dicerna oleh rakyat kecil sekalipun. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Strategi kampanye pilkada mestinya mengandung sesuatu yang bernama faktor kelekatan dan kekuatan konteks. Faktor kelekatan adalah sejumlah cara tertentu untuk membuat sebuah kesan mudah menular dan terus diingat. Faktor kelekatan menyiratkan perubahan atau aksi langsung dan berulang-ulang untuk memicu epidemik positif. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Saat ini rakyat membutuhkan kepemimpinan yang transformatif. Yakni kepemimpinan yang tidak sekedar kepemimpinan politik, tetapi juga kepemimpinan yang memiliki kapasitas dan daya kreativitas. Apalagi masa depan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya kreatifnya. Kepemimpinan transformatif harus mampu mendefinisikan kembali orientasi dan strategi pembangunan daerah agar tidak usang dan sesuai dengan semangat jaman. Perlu strategi pembangunan daerah yang lebih membumi dan lebih rasional. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Mestinya calon kepala daerah itu harus mampu menyusun konsep dan dokumen pembangunan yang sesuai dengan tantangan jaman. Serta mampu menyusun metode untuk mewujudkan kekuasaan atau pemerintahan yang efektif dan bersih.</span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Ada baiknya calon kepala daerah yang terpilih mengevaluasi dan mencari faktor penyebab kegagalan atau kemandulan sistem yang ada selama ini, yakni eksistensi Perda Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Jangka Menengah Daerah. Selama ini rakyat menilai bahwa RPJMD dan RPJPD seperti pepesan kosong, kurang realistis, bahkan bombastis. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Pada era globalisasi, kecepatan menjadi tuntutan utama terhadap pemerintahan. Jika kita cermati ada sederet kelemahan yang mendasar dalam Perda RPJPD dan RPJMD yang dibuat oleh hampir semua pemerintah daerah bersama DPRD. Dimana isinya belum menekankan faktor efektifitas dan kecepatan. Serta belum tampak milestones pembangunan secara sistematik. Hal itu disebabkan belum adanya dukungan expert system sebagai alat yang andal untuk menyusun rencana pembangunan, pembuatan keputusan dan pengendalian pembangunan.</span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Eksistensi UU Nomor 25 tahun 2004 menyatakan bahwa dalam Perda RPJPD harus tertuang rumusan visi untuk merancang masa depan pembangunan daerah. Namun, rumusan RPJPD kebanyakan hanya berisi kompilasi data-data yang sumir dan tidak aspiratif. Padahal, RPJPD merupakan dokumen perencanaan yang mengandung unsur kebijakan publik. Dan selanjutnya sebuah kebijakan publik tidak hanya menjadi barang pajangan tetapi harus diimplementasikan. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Arti lebih lanjut dari hal diatas adalah bahwa RPJPD harus mempunyai keterkaitan nyata atau tangible dengan dokumen RPJMD. Setidaknya harus ada indikator dan korelasi positif terhadap sasaran lima tahunan. Kekuatan RPJPD sebagai satu dokumen perencanaan akan terwujud jika ada kejelasan mengenai faktor-faktor yang akan dikembangkan sebagai pendukung pencapaian visi dalam kurun 20 tahun kedepan yang terdistribusi bebannya secara baik dalam 5 tahunan.</span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Untuk menggambarkan realitas dan membentuk masa depan menurut Thurow dari Massachusets Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat terdapat dua kata kunci. Dimana keduanya memberikan gambaran langsung dari tantangan yang akan membentuk masa depan. Kedua kata kunci tersebut adalah : pertama, semakin berkurangnya arti dan peran sumber daya alam dan buruh sebagai modal dasar pembangunan. Dan yang kedua semakin meningkatnya peran dari kreatifitas dan daya inovasi manusia (human ingenuity) sebagai unsur pokok dalam menentukan keunggulan dan keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Disisi yang lain isi RPJPD kebanyakan justru menempatkan sumberdaya alam dan melimpahnya buruh sebagai modal dasar pembangunan daerah.</span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Dalam hal ketenagakerjaan, mestinya RPJPD mampu mentransformasikan profesi atau jenis pekerjaan rakyat yang tidak lagi memiliki prospek masa depan. Serta pentingnya reinventing atau menemukan kembali masa depan industri budaya atau industri kreatif dengan langkah-langkah yang lebih progresif dan sistemik. Sebagai catatan, hingga kini lapangan pekerjaan utama rakyat masih didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan. Kemudian disusul sektor industri dan jasa. </span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">Melihat postur pekerjaan utama penduduk Indonesia yang dalam kondisi rapuh, ditambah semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual lulusan perguruan tinggi, diperlukan terobosan dalam penciptaan lapangan kerja baru terutama yang berbasis industri kreatif atau industri budaya.</span><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><br style="background-color: white; font-family: sans-serif;" /><span style="background-color: white; font-family: sans-serif;">*) Pengajar STIA Bagasasi Bandung dan Pascasarjana di Universitas Galuh Ciamis</span>Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-18794281115146716282018-12-07T13:46:00.000-08:002018-12-07T13:46:18.249-08:00Ujung Tombak Negara<br />
<br />
Pendidikan dan Kebudayaan Ujung Tombak Negara<br />
<br />
2 Mei 2018<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nasional, Umum10 Views<br />
<br />
<br />
Ket Foto: Dr. Harjoko Sangganagara M.Pd<br />
<br />
Suaraborneo.com – Ketua Bidang Pendidikan DPN ISRI, Dr Harjoko Sangganagara MPd, mengatakan melalui UU No 7/1994 Republik Indonesia meratifikasi kesepakatan WTO (World Trade Organisation) yang di dalamnya ada GATS (General Agreements on Tariff and Services) kesepakatan umum di bidang tarif dan pelayanan yang di dalamnya mencakup 12 pelayanan global yang dibolehkan beroperasi di Indonesia atau sebaliknya. Dari 12 pelayanan itu pelayanan pendidikan termasuk di dalamnya. Sejak itu sudah banyak sekolah dan guru asing masuk ke negri ini. Kini beberapa Perguruan Tinggi LN kelas dunia akan masuk ke sini disertai dosen-dosennya.<br />
<br />
Di sisi lain PT dan dosen kita juga bisa memiliki peluang go global. Jika hal itu bisa dilakukan sebenarnya kita bisa menawarkan nilai nilai Indonesia bagi dunia seperti Pancasila dan Islam yang moderat. Hal itu sebenarnya sudah dilakukan Indonesia saat mengirim para guru ke negara tetangga di masa lalu, ujarnya.<br />
<br />
Demikian juga dengan pengiriman guru-guru kesenian ke berbagai negara yang mengajarkan seni tari, wayang, gamelan, angklung dan lain lain. Dalam era soft politic seperti sekarang peran pendidikan dan kebudayaan seharusnya menjadi ujung tombak negara. Karena investasi terbaik pada masa berkembangnya artifisial intellegence adalah human invesment yang menjadikan human capital sebagai modal yang paling berharga.<br />
<br />
Harjoko menekankan yang terpenting negara mengutamakan kepentingan nasionalnya. Sementara di sisi lain kita pun harus ikut serta dalam menciptakan perdamaian dunia. Kehadiran Grand Syaikh Universitas Al Azhar ke Indonesia merupakan sebuah legitimasi nilai nilai Indonesia.<br />
<br />
Sudiyanto, M.Pd, Ketua II Bidang Pendidikan DPN ISRI juga menyampaikan produk pendidikan harus menghasilkan SDM yang mampu menjaga NKRI, berbudaya Pancasila.<br />
<br />
Sudiyanto menyatakan mencerdaskan bangsa adalah tugas pemerintah, oleh karenanya bantuan pemerintah kepada penyelenggaraan Pendidikan oleh swasta perlu di kaji ulang karena penyelenggaraan pendidikan swasta memungut dobel counting atau dua pintu, memungut/minta rakyat, ia juga minta pada pemerintah, pada hal dana dari pemerintah berasal dari rakyat juga, sedangkan sekolah negeri hanya satu pintu yaitu pemerintah.<br />
<br />
Ia juga menyoroti ketimpangan aksesibilitas ke fasilitas pendidikan (education density), sebagai catatan bahwa seorang siswa SD di pulau Jawa & Bali hanya membutuhkan jarak rata-rata ke sekolah 1,5 km dan SMP hanya 5,94 km. Sedangkan, siswa di regional Nusa Tenggara, Maluku dan Papua membutuhkan jarak 49,06 km dan 168,22 km.<br />
<br />
Ketimpangan yang sangat mencolok ini, sebaiknya menjadi perhatian pemerintah, selain ketimpangan tenaga pendidik, kemampuan masyarakat memenuhi biaya pendidikan dan kualitas pendidikan, walaupun pembagian urusan tersebut berdasarkan UU 23/2004 kewenangan untuk mengatur dan mengurus bagian urusan bidang ini ada di Kabupaten. Namun yang jadi persoalan saat ini, daerah belum mampu karena kapasitas fiskalnya tidak cukup atau juga karena pendidikan bukan prioritas pemerintah, atas kondisi seperti ini, pemerintah diharapkan intervensi (dalam kerangka NRI) meskipun bukan kewenangannya menurut UU, Namun hal tersebut masih bisa di intervensi melalui dana alokasi khusus bidang pendidikan, terutama untuk daerah-daerah yang kontribusi PADnya di bawah 15% terhadap APBD ujarnya<br />
<br />
Harjoko menambahkan oleh karena itu pemerintah melalui Kemenkeu, Bappenas, Kemendagri dan Kementerian Teknis duduk bersama untuk memecahkan persoalan tersebut. contoh case nya adalah pembagian urusan Pemerintahan konkuren ini belum disertai dengan rincian yg teknis sehingga muncul kerancuan dan ketakutan di daerah-daerah yaitu di daerah2 kab/kota melaksanakan WAJAR 12 tahun yg berarti sampai menjangkau SMA. Konsekuensinya kan harusnya dialokasikan biayanya. Tetapi ketika akan dianggarkan terkena aturan batas wewenang hanya sampai SMP. Kemudian di sisi lain faktanya di Kab/kota banyak gedung-gedung SMA yg rusak parah. Tetapi tidak bisa direhab dg APBD Kab/kota karena provinsi bilang itu kewenangannya, sementara di provinsi tidak dialokasikan dalam APBD Provinsi, hal spt ini membuka ruang dan peluang KKN. (adw/isri)Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-89108772909546753832018-12-04T17:46:00.000-08:002018-12-04T17:46:22.214-08:00Guru Sebagai Simbol Pancasila<header class="mdl-layout__header mdl-layout__header--waterfall is-casting-shadow is-compact" style="background-color: #a50000; border: none; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.137255) 0px 2px 2px 0px, rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 3px 1px -2px, rgba(0, 0, 0, 0.117647) 0px 1px 5px 0px; box-sizing: border-box; color: white; display: flex; flex-flow: column nowrap; flex-shrink: 0; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; justify-content: flex-start; line-height: 20px; margin: 0px; max-height: 56px; min-height: 56px; overflow: hidden; padding: 0px; transition-duration: 0.2s; transition-property: max-height, box-shadow; transition-timing-function: cubic-bezier(0.4, 0, 0.2, 1); width: 320px; z-index: 3;"><div class="mdl-layout__header-row" style="align-items: center; align-self: stretch; box-sizing: border-box; display: flex; flex-flow: row nowrap; flex-shrink: 0; height: 56px; margin: 0px; padding: 0px 16px 0px 72px;">
<span class="android-mobile-title mdl-layout-title" style="box-sizing: border-box; display: block !important; flex-shrink: 0; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 20px; left: calc(50% - 100px); letter-spacing: 0.02em; line-height: 1; position: absolute; transition: opacity 0.2s cubic-bezier(0.4, 0, 0.2, 1);"><a href="https://m.timesindonesia.co.id/" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #448aff;"><img src="https://m.timesindonesia.co.id/assets/images/logo-white.png" style="vertical-align: middle;" width="200px" /></a></span><div class="mdl-layout-spacer" style="flex-grow: 1; flex-shrink: 0;">
</div>
</div>
<div class="mdl-layout__tab-bar-container" style="border: none; flex-grow: 0; flex-shrink: 0; height: 48px; margin: 0px; overflow: hidden; position: relative; width: 320px; z-index: 2;">
<div class="mdl-layout__tab-bar mdl-js-ripple-effect mdl-js-ripple-effect--ignore-events" data-upgraded=",MaterialRipple" style="background: rgb(108, 0, 0); display: flex; height: 96px; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; width: 320px;">
<a class="mdl-layout__tab " href="https://m.timesindonesia.co.id/" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); border: none; color: rgba(255, 255, 255, 0.6); display: block; flex-grow: 1; flex-shrink: 0; float: none; height: 48px; line-height: 48px; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: relative; text-align: center; text-decoration: none; text-transform: uppercase;">HOME<span class="mdl-layout__tab-ripple-container mdl-js-ripple-effect" data-upgraded=",MaterialRipple" style="display: block; height: 48px; left: 0px; overflow: hidden; position: absolute; top: 0px; width: 48.0312px; z-index: 1;"><span class="mdl-ripple" style="background: rgb(255, 255, 255); border-radius: 50%; height: 50px; left: 0px; opacity: 0; overflow: hidden; pointer-events: none; position: absolute; top: 0px; transform: translate(-50%, -50%); width: 50px;"></span></span></a><a class="mdl-layout__tab " href="https://m.timesindonesia.co.id/headline" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); border: none; color: rgba(255, 255, 255, 0.6); display: block; flex-grow: 1; flex-shrink: 0; float: none; height: 48px; line-height: 48px; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: relative; text-align: center; text-decoration: none; text-transform: uppercase;">HEADLINE<span class="mdl-layout__tab-ripple-container mdl-js-ripple-effect" data-upgraded=",MaterialRipple" style="display: block; height: 48px; left: 0px; overflow: hidden; position: absolute; top: 0px; width: 73.7656px; z-index: 1;"><span class="mdl-ripple" style="background: rgb(255, 255, 255); border-radius: 50%; height: 50px; left: 0px; opacity: 0; overflow: hidden; pointer-events: none; position: absolute; top: 0px; transform: translate(-50%, -50%); width: 50px;"></span></span></a><a class="mdl-layout__tab " href="https://m.timesindonesia.co.id/terpopuler" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); border: none; color: rgba(255, 255, 255, 0.6); display: block; flex-grow: 1; flex-shrink: 0; float: none; height: 48px; line-height: 48px; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: relative; text-align: center; text-decoration: none; text-transform: uppercase;">TERPOPULER<span class="mdl-layout__tab-ripple-container mdl-js-ripple-effect" data-upgraded=",MaterialRipple" style="display: block; height: 48px; left: 0px; overflow: hidden; position: absolute; top: 0px; width: 93.6562px; z-index: 1;"><span class="mdl-ripple" style="background: rgb(255, 255, 255); border-radius: 50%; height: 50px; left: 0px; opacity: 0; overflow: hidden; pointer-events: none; position: absolute; top: 0px; transform: translate(-50%, -50%); width: 50px;"></span></span></a><a class="mdl-layout__tab " href="https://m.timesindonesia.co.id/kanal" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); border: none; color: rgba(255, 255, 255, 0.6); display: block; flex-grow: 1; flex-shrink: 0; float: none; height: 48px; line-height: 48px; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: relative; text-align: center; text-decoration: none; text-transform: uppercase;">KANAL<span class="mdl-layout__tab-ripple-container mdl-js-ripple-effect" data-upgraded=",MaterialRipple" style="display: block; height: 48px; left: 0px; overflow: hidden; position: absolute; top: 0px; width: 52.7969px; z-index: 1;"><span class="mdl-ripple" style="background: rgb(255, 255, 255); border-radius: 50%; height: 50px; left: 0px; opacity: 0; overflow: hidden; pointer-events: none; position: absolute; top: 0px; transform: translate(-50%, -50%); width: 50px;"></span></span></a><a class="mdl-layout__tab " href="https://m.timesindonesia.co.id/indeksfokus" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); border: none; color: rgba(255, 255, 255, 0.6); display: block; flex-grow: 1; flex-shrink: 0; float: none; height: 48px; line-height: 48px; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: relative; text-align: center; text-decoration: none; text-transform: uppercase;">FOKUS<span class="mdl-layout__tab-ripple-container mdl-js-ripple-effect" data-upgraded=",MaterialRipple" style="display: block; height: 48px; left: 0px; overflow: hidden; position: absolute; top: 0px; width: 51.7656px; z-index: 1;"><span class="mdl-ripple" style="background: rgb(255, 255, 255); border-radius: 50%; height: 50px; left: 0px; opacity: 0; overflow: hidden; pointer-events: none; position: absolute; top: 0px; transform: translate(-50%, -50%); width: 50px;"></span></span></a></div>
</div>
</header><div aria-hidden="true" class="mdl-layout__drawer ti-drawer" style="background: rgb(250, 250, 250); border-right-color: rgb(224, 224, 224); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.137255) 0px 2px 2px 0px, rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 3px 1px -2px, rgba(0, 0, 0, 0.117647) 0px 1px 5px 0px; box-sizing: border-box; color: #424242; display: flex; flex-flow: column nowrap; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; height: 452px; left: 0px; line-height: 20px; max-height: 100%; overflow-x: visible; overflow-y: auto; position: absolute; top: 0px; transform-style: preserve-3d; transform: translateX(-250px); transition-duration: 0.2s; transition-property: transform, -webkit-transform; transition-timing-function: cubic-bezier(0.4, 0, 0.2, 1); width: 240px; will-change: transform; z-index: 5;">
<span class="mdl-layout-title" style="background: rgb(0, 0, 0); box-sizing: border-box; display: block; flex-shrink: 0; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 20px; height: 100px; letter-spacing: 0.02em; line-height: 56px; padding-left: 16px; position: relative;"><div class="logo-body-drawer" style="margin-top: 10px;">
<div class="logo-icon" style="display: inline-block; vertical-align: middle;">
<img class="logo-drawer-img" src="https://m.timesindonesia.co.id/assets/images/icon-timesindonesia.png" style="bottom: 16px; vertical-align: middle; width: 32px;" /></div>
<div class="logo-text" style="color: white; display: inline-block; font-weight: 600; vertical-align: middle;">
TIMES Indonesia</div>
<div class="logo-tagline" style="color: white; font-size: 10px; margin-left: 5px; margin-top: -25px;">
Building - Inspiring - Positive Thinking</div>
</div>
</span><nav class="mdl-navigation" style="align-items: stretch; box-sizing: border-box; display: flex; flex-flow: column nowrap; flex-shrink: 0; padding-top: 16px;"><a class="mdl-navigation__link" href="https://m.timesindonesia.co.id/" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #757575; display: block; flex-shrink: 0; letter-spacing: 0px; line-height: 24px; margin: 0px; opacity: 0.87; padding: 16px; text-decoration: none;"><span class="material-icons mdl-color-text--red-A700" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; color: rgb(213, 0, 0) !important; direction: ltr; display: inline-block; font-family: 'Material Icons'; font-feature-settings: 'liga' 1; font-size: 24px; line-height: 1; vertical-align: middle; white-space: nowrap; word-wrap: normal;">home</span> Home</a><a class="mdl-navigation__link search_from_menu" href="https://www.blogger.com/null" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #757575; display: block; flex-shrink: 0; letter-spacing: 0px; line-height: 24px; margin: 0px; opacity: 0.87; padding: 16px;"><span class="material-icons mdl-color-text--red-A700" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; color: rgb(213, 0, 0) !important; direction: ltr; display: inline-block; font-family: 'Material Icons'; font-feature-settings: 'liga' 1; font-size: 24px; line-height: 1; vertical-align: middle; white-space: nowrap; word-wrap: normal;">search</span> Search</a><a class="mdl-navigation__link" href="https://m.timesindonesia.co.id/headline" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #757575; display: block; flex-shrink: 0; letter-spacing: 0px; line-height: 24px; margin: 0px; opacity: 0.87; padding: 16px; text-decoration: none;"><span class="material-icons mdl-color-text--red-A700" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; color: rgb(213, 0, 0) !important; direction: ltr; display: inline-block; font-family: 'Material Icons'; font-feature-settings: 'liga' 1; font-size: 24px; line-height: 1; vertical-align: middle; white-space: nowrap; word-wrap: normal;">view_headline</span> Headline</a><a class="mdl-navigation__link" href="https://m.timesindonesia.co.id/terpopuler" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #757575; display: block; flex-shrink: 0; letter-spacing: 0px; line-height: 24px; margin: 0px; opacity: 0.87; padding: 16px; text-decoration: none;"><span class="material-icons mdl-color-text--red-A700" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; color: rgb(213, 0, 0) !important; direction: ltr; display: inline-block; font-family: 'Material Icons'; font-feature-settings: 'liga' 1; font-size: 24px; line-height: 1; vertical-align: middle; white-space: nowrap; word-wrap: normal;">flag</span> Terpopuler</a><a class="mdl-navigation__link" href="https://m.timesindonesia.co.id/kanal" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #757575; display: block; flex-shrink: 0; letter-spacing: 0px; line-height: 24px; margin: 0px; opacity: 0.87; padding: 16px; text-decoration: none;"><span class="material-icons mdl-color-text--red-A700" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; color: rgb(213, 0, 0) !important; direction: ltr; display: inline-block; font-family: 'Material Icons'; font-feature-settings: 'liga' 1; font-size: 24px; line-height: 1; vertical-align: middle; white-space: nowrap; word-wrap: normal;">dns</span> Kanal</a><a class="mdl-navigation__link" href="https://m.timesindonesia.co.id/indeksfokus" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #757575; display: block; flex-shrink: 0; letter-spacing: 0px; line-height: 24px; margin: 0px; opacity: 0.87; padding: 16px; text-decoration: none;"><span class="material-icons mdl-color-text--red-A700" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; color: rgb(213, 0, 0) !important; direction: ltr; display: inline-block; font-family: 'Material Icons'; font-feature-settings: 'liga' 1; font-size: 24px; line-height: 1; vertical-align: middle; white-space: nowrap; word-wrap: normal;">gps_fixed</span> Fokus</a><a class="mdl-navigation__link" href="https://m.timesindonesia.co.id/foto" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #757575; display: block; flex-shrink: 0; letter-spacing: 0px; line-height: 24px; margin: 0px; opacity: 0.87; padding: 16px; text-decoration: none;"><span class="material-icons mdl-color-text--red-A700" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; color: rgb(213, 0, 0) !important; direction: ltr; display: inline-block; font-family: 'Material Icons'; font-feature-settings: 'liga' 1; font-size: 24px; line-height: 1; vertical-align: middle; white-space: nowrap; word-wrap: normal;">photo_library</span> Foto</a></nav></div>
<main class="mdl-layout__content" style="color: rgba(0, 0, 0, 0.870588); display: inline-block; flex-grow: 1; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; overflow-x: hidden; overflow-y: auto; position: relative; z-index: 1;"><div class="page-content news-detail">
<div class="news-meta" style="padding: 20px 20px 0px;">
<a href="https://m.timesindonesia.co.id/kanal/pendidikan" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #448aff;"><span class="mdl-chip mdl-chip--contact" style="background-color: #dedede; border-radius: 16px; border: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.870588); display: inline-block; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 0px; height: 32px; line-height: 32px; margin: 2px 0px 10px; padding: 0px 12px 0px 0px; white-space: nowrap;"><img class="mdl-chip__contact ico_kanal" src="https://m.timesindonesia.co.id/assets/images/icon-timesindonesia.png" style="border-radius: 16px 0px 16px 16px; display: inline-block; font-size: 18px; height: 32px; margin-right: 8px; overflow: hidden; text-align: center; vertical-align: middle; width: 32px;" /> <span class="mdl-chip__text" style="display: inline-block; font-size: 13px; vertical-align: middle;">Pendidikan</span></span></a><h5 class="news-subtitle" style="color: #a50000; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 1em; font-weight: 500; letter-spacing: 0.02em; line-height: 1; margin: 0px; padding: 0px;">
</h5>
<h2 class="news-title" style="font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 1.7em; line-height: 24px; margin: 0px; padding: 0px;">
ISRI: Guru Harus Berperan Sebagai Simbol Pancasila</h2>
<span class="news-component" style="color: #838383; display: block; padding: 5px 0px;">25/11/2017 - 23:36 | Views: 4.02k</span></div>
<div class="news-fatured">
<img class="img-fluid" src="https://cdn.inatimes.co.id/images/2017/10/23/Belajar-MengajarGbIj.jpg" style="height: auto; vertical-align: middle; width: 320px;" /><div class="news-caption" style="background-color: rgb(33, 33, 33) !important; color: #acacac; font-size: 12px; font-style: italic; line-height: 15px; padding: 5px;">
ILUSTRASI: Kegiatan belajar mengajar. (FOTO: wawasanpendidikan)</div>
</div>
<div class="fix-center pt-1" style="padding-top: 1rem; text-align: center !important;">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-5663178406269390" data-ad-slot="9780631668" data-adsbygoogle-status="done" style="display: inline-block; height: 100px; width: 320px;"><ins id="aswift_0_expand" style="border: none; display: inline-table; height: 100px; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; visibility: visible; width: 320px;"><ins id="aswift_0_anchor" style="border: none; display: block; height: 100px; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; visibility: visible; width: 320px;"><iframe allowfullscreen="true" allowtransparency="true" frameborder="0" height="100" hspace="0" id="aswift_0" marginheight="0" marginwidth="0" name="aswift_0" scrolling="no" style="border-style: initial; border-width: 0px; display: block; height: 100px; left: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: middle; width: 320px;" vspace="0" width="320"></iframe></ins></ins></ins></div>
<div class="news-content" id="news-content" style="padding: 20px;">
<div style="font-size: 16px; letter-spacing: 0px; margin-bottom: 16px; padding: 0px;">
<strong>TIMESINDONESIA, JAKARTA</strong> – Ketua Bidang Pendidikan Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI), DR. Harjoko Sangganagara, MPd., menekankan bahwa peran guru pada era revolusi mental saat ini sangat menentukan untuk membentuk masa depan bangsa. </div>
<div style="font-size: 16px; letter-spacing: 0px; margin-bottom: 16px; padding: 0px;">
"Pertama guru harus berperan menjadi simbol Pancasila yang hidup di tengah-tengah siswanya," katanya dalam sebuah pernyataan resminya, di Jakarta, Jumat (24/11).</div>
<div class="related">
<h5 style="background: rgb(165, 0, 0); color: white; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 16px; font-weight: 500; letter-spacing: 0.02em; line-height: 1; margin: 0px; padding: 10px;">
<span class="material-icons" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; direction: ltr; display: inline-block; font-family: 'Material Icons'; font-feature-settings: 'liga' 1; font-size: 24px; letter-spacing: normal; line-height: 1; vertical-align: middle; white-space: nowrap; word-wrap: normal;">attachment</span> Baca Juga</h5>
<ul style="border: 1px solid rgb(210, 210, 210); letter-spacing: 0px; line-height: 24px; list-style: none; margin-top: 0px; padding: 0px 10px;">
<li style="border-bottom-color: rgb(210, 210, 210); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; line-height: 15px; padding: 10px 0px;"><a href="https://m.timesindonesia.co.id/read/191855/20181204/223601/disdikpora-kota-probolinggo-antisipasi-paham-radikal-di-kalangan-guru/" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #6b0000; font-weight: 600; text-decoration: none;">Disdikpora Kota Probolinggo Antisipasi Paham Radikal di Kalangan Guru</a></li>
<li style="border-bottom-color: rgb(210, 210, 210); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; line-height: 15px; padding: 10px 0px;"><a href="https://m.timesindonesia.co.id/read/191858/20181204/222559/unej-incar-gelar-kampus-ramah-disabilitas/" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #6b0000; font-weight: 600; text-decoration: none;">Unej Incar Gelar Kampus Ramah Disabilitas</a></li>
<li style="border-bottom-color: rgb(210, 210, 210); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; line-height: 15px; padding: 10px 0px;"><a href="https://m.timesindonesia.co.id/read/191838/20181204/194247/ponorogo-akan-tambah-armada-angkutan-cerdas-sekolah/" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #6b0000; font-weight: 600; text-decoration: none;">Ponorogo akan Tambah Armada Angkutan Cerdas Sekolah</a></li>
<li style="border-bottom-color: rgb(210, 210, 210); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; line-height: 15px; padding: 10px 0px;"><a href="https://m.timesindonesia.co.id/read/191833/20181204/183626/mengenal-dosen-ugm-yang-meneliti-kejadian-hiperlasi-neo-intimal/" style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(255, 255, 255, 0); color: #6b0000; font-weight: 600; text-decoration: none;">Mengenal Dosen UGM Yang Meneliti Kejadian Hiperlasi Neo Intimal</a></li>
</ul>
</div>
<div style="font-size: 16px; letter-spacing: 0px; margin-bottom: 16px; padding: 0px;">
Seorang guru, tambahnya, juga harus mampu menghidupkan semangat kebangsaan yang sangat diperlukan untuk menjaga keutuhan NKRI.</div>
<div style="font-size: 16px; letter-spacing: 0px; margin-bottom: 16px; padding: 0px;">
Dia meminta agar guru unutk mampu mendorong seluruh anak didiknya untuk tampil dengan penuh percaya diri dengan segenap kemampuannya di kancah persaingan global.</div>
<div style="font-size: 16px; letter-spacing: 0px; margin-bottom: 16px; padding: 0px;">
"Selain itu, seorang guru memiliki kemampuan untuk menumbuhkan nilai-nilai moral yang diperlukan untuk hidup sebagai manusia maupun bangsa merdeka yang berperadaban. Seorang guru juga harus punya kemampuan untuk menghidupkan jiwa siswa untuk menghargai tanah airnya dengan segala kekayaannya dan mampu mengelolanya untuk kesejahteraan bangsa sambil menjaganya tetap lestari," tambahnya.</div>
<div style="font-size: 16px; letter-spacing: 0px; margin-bottom: 16px; padding: 0px;">
Di hari Guru Nasional yang jatuh pada hari ini, Harjoko juga menekankan peran dasar guru sebagai sumber inspirasi dalam memajukan ilmu teknologi dan seni. Di samping peran penting lain untuk menumbuhkan dan membina jiwa satria dan perwira pada diri siswanya.</div>
<div style="font-size: 16px; letter-spacing: 0px; margin-bottom: 16px; padding: 0px;">
"Seorang guru harus mampu menyiapkan siswanya untuk optimistis menghadapi masa depan.</div>
<div style="font-size: 16px; letter-spacing: 0px; margin-bottom: 16px; padding: 0px;">
Selamat Hari Guru Nasional, Jadilah Guru di Masa Kebangunan!" pungkasnya. <strong>(*)</strong></div>
</div>
</div>
</main>Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-56662568111666674752018-12-04T17:32:00.000-08:002018-12-04T17:32:22.129-08:00Pendidikan Yang Mencerdaskan Bangsa<div id="header-wrapper" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-color: rgb(220, 220, 220); border-bottom-style: solid; border-width: 0px; color: #444444; font-family: lato; font-size: 12px; font-stretch: inherit; line-height: 12px; margin: 0px auto; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 320px;">
<div class="header section" id="header" style="border-bottom-color: rgb(241, 241, 241); border-bottom-style: solid; border-width: 0px 0px 1px; color: #ff7300; float: none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: 320px;">
<div class="widget Header" data-version="1" id="Header1" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 3px auto; padding: 0px 0px 2px; vertical-align: baseline;">
<div id="header-inner" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px auto; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="https://www.editorial.co.id/?m=1" style="border: 0px; color: white; display: block; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="Editorial.co.id" id="Header1_headerimg" src="https://1.bp.blogspot.com/-3zGvWRUKXrY/W-6xYUBfx-I/AAAAAAAAABk/rS0m7IrfrvQbtROF6k-67QRkj1JOIXIlwCK4BGAYYCw/s400/IMG_20181116_190004.png" style="border: 0px; display: block; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px auto; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 220px;" /></a></div>
</div>
</div>
<div class="header section" id="header2" style="border: 0px; color: #555555; float: right; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 640px;">
</div>
<div style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
<div class="navmetro" style="background-color: white; border: 0px; color: #444444; font-family: lato; font-size: 12px; font-stretch: inherit; line-height: 12px; margin: 0px auto; overflow: auto; padding: 0px; vertical-align: baseline; white-space: nowrap; width: 320px;">
</div>
<div id="dua_kolom" style="background-color: white; border: 0px; color: #444444; font-family: lato; font-size: 12px; font-stretch: inherit; line-height: 12px; margin: 5px 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 320px;">
<div class="header no-items section" id="Iklan-Banner-Atas" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
<div id="HeadlineDekstop" style="background-color: white; border: 0px; color: #444444; font-family: lato; font-size: 12px; font-stretch: inherit; height: auto; line-height: 12px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: auto;">
<div class="header section" id="HeadlineDekstop" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: auto;">
<div class="widget HTML" data-version="1" id="HTML8" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 3px auto; padding: 0px 0px 2px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
</div>
<div id="content-wrapper" style="background-color: white; border: 0px; color: #444444; font-family: lato; font-size: 12px; font-stretch: inherit; line-height: 12px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div id="block1-wrapper" style="border: 0px; float: none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px auto; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: auto !important; word-wrap: break-word;">
<div id="atas-wrapper" style="border: 0px; float: none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px auto; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: auto !important; word-wrap: break-word;">
<div id="main-wrapper" style="border: 0px solid rgb(227, 227, 227); float: none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px auto; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: auto !important; word-wrap: break-word;">
<div class="main section" id="main" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px solid rgb(204, 204, 204); font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px 0px 20px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<div class="widget Blog" data-version="1" id="Blog1" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="blog-posts hfeed" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="date-outer" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="date-posts" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="post-outer" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="post hentry" style="border: 0px solid rgb(51, 51, 51); font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 10px 0px; padding: 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<div class="breadcrumbs" style="border: 0px; color: black; font-family: lato, 'Open Sans', serif, sans-serif; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: -10px 0px 0px; padding: 3px 0px 0px; vertical-align: baseline;" xmlns:v="http://rdf.data-vocabulary.org/#">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" typeof="v:Breadcrumb"><a href="https://www.editorial.co.id/?m=1" property="v:title" rel="v:url" style="border: 0px; color: #0068c3; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Home</a></span> » <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" typeof="v:Breadcrumb"><a href="https://www.editorial.co.id/search/label/ISRI?m=1" property="v:title" rel="v:url" style="border: 0px; color: #0068c3; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" title="ISRI">ISRI</a></span> » <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" typeof="v:Breadcrumb"><a href="https://www.editorial.co.id/search/label/Nasional?m=1" property="v:title" rel="v:url" style="border: 0px; color: #0068c3; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" title="Nasional">Nasional</a></span> » <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" typeof="v:Breadcrumb"><a href="https://www.editorial.co.id/search/label/Pendidikan?m=1" property="v:title" rel="v:url" style="border: 0px; color: #0068c3; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" title="Pendidikan">Pendidikan</a></span><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span></div>
<h1 class="post-title entry-title" style="border: 0px; color: black; font-family: lato, sans-serif; font-size: 24px; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0em 0px 0px; padding: 4px 0px 5px; vertical-align: baseline;">
<a href="https://www.editorial.co.id/2018/12/gelar-diskusi-tematik-isri-pendidikan.html?m=1" style="border: 0px; color: black; display: block; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 700; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Gelar Diskusi Tematik, ISRI: Pendidikan Nasional Masih Jauh dari Pancasila</a></h1>
<div class="post-header" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14px; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="post-header-line-1" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
<h3 class="date-header" style="border: 0px; color: black; font-size: 13px; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 1.2em; margin: 0.1em 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Selasa, 04 Desember 2018 | 21.54 WIB</span></h3>
<div id="share-this" style="border: 0px; display: inline-block; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 10px 0px 0px; overflow: hidden; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<div class="shareit" style="border: 0px; color: #0068c3; float: left; font-family: lato, 'Open Sans', serif, sans-serif; font-size: 15px; font-stretch: normal; font-weight: 700; line-height: normal; margin: 0px; padding: 5.5px 5px 6px 0px; vertical-align: baseline;">
Bagikan:</div>
<a class="this-fb" href="http://www.facebook.com/sharer.php?u=https://www.editorial.co.id/2018/12/gelar-diskusi-tematik-isri-pendidikan.html?m=1" rel="nofollow" style="background: rgb(57, 87, 150); border-bottom-color: rgb(14, 46, 110); border-bottom-style: solid; border-radius: 0px; border-width: 0px; color: white; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 35px; line-height: 35px; margin: 0px 5px 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline; width: 35px;" target="_blank" title="Facebook"><span class="fa fa-facebook" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; border: 0px; display: inline-block; font-family: FontAwesome; font-size: inherit; font-stretch: normal; line-height: 1; margin: 5px 0px 0px; padding: 0px; text-rendering: auto; vertical-align: baseline;"></span></a><a class="this-gp" href="https://plus.google.com/share?url=https://www.editorial.co.id/2018/12/gelar-diskusi-tematik-isri-pendidikan.html?m=1" rel="nofollow" style="background: rgb(187, 2, 2); border-bottom-color: rgb(162, 6, 6); border-bottom-style: solid; border-radius: 0px; border-width: 0px; color: white; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 35px; line-height: 35px; margin: 0px 5px 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline; width: 35px;" target="_blank" title="Google+"><span class="fa fa-google-plus" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; border: 0px; display: inline-block; font-family: FontAwesome; font-size: inherit; font-stretch: normal; line-height: 1; margin: 5px 0px 0px; padding: 0px; text-rendering: auto; vertical-align: baseline;"></span></a><a class="this-tw" href="https://www.blogger.com/share-post.g?blogID=3772283451586653685&postID=5016820737659460207&target=twitter" rel="nofollow" style="background: rgb(76, 176, 234); border-bottom-color: rgb(51, 151, 219); border-bottom-style: solid; border-radius: 0px; border-width: 0px; color: white; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 35px; line-height: 35px; margin: 0px 5px 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline; width: 35px;" target="_blank" title="Twitter"><span class="fa fa-twitter" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; border: 0px; display: inline-block; font-family: FontAwesome; font-size: inherit; font-stretch: normal; line-height: 1; margin: 5px 0px 0px; padding: 0px; text-rendering: auto; vertical-align: baseline;"></span></a><a class="this-wa" href="whatsapp://send?text=Gelar Diskusi Tematik, ISRI: Pendidikan Nasional Masih Jauh dari Pancasila%3A%20https://www.editorial.co.id/2018/12/gelar-diskusi-tematik-isri-pendidikan.html?m=1" rel="nofollow" style="background: rgb(0, 195, 130); border-bottom-color: rgb(0, 195, 130); border-bottom-style: solid; border-radius: 0px; border-width: 0px; color: white; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 35px; line-height: 35px; margin: 0px 5px 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline; width: 35px;" target="_blank" title="WhatsApp"><span class="fa fa-whatsapp" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; border: 0px; display: inline-block; font-family: FontAwesome; font-size: inherit; font-stretch: normal; line-height: 1; margin: 5px 0px 0px; padding: 0px; text-rendering: auto; vertical-align: baseline;"></span></a><a class="this-tel" href="tg://msg?text=Gelar Diskusi Tematik, ISRI: Pendidikan Nasional Masih Jauh dari Pancasila - https://www.editorial.co.id/2018/12/gelar-diskusi-tematik-isri-pendidikan.html?m=1" rel="nofollow" style="background: rgb(80, 139, 169); border-bottom-color: rgb(0, 0, 128); border-bottom-style: solid; border-radius: 0px; border-width: 0px; color: white; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 35px; line-height: 35px; margin: 0px 5px 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline; width: 35px;" target="_blank" title="Telegram"><span class="fa fa-telegram" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; border: 0px; display: inline-block; font-family: FontAwesome; font-size: inherit; font-stretch: normal; line-height: 1; margin: 5px 0px 0px; padding: 0px; text-rendering: auto; vertical-align: baseline;"></span></a><a class="this-line" href="https://timeline.line.me/social-plugin/share?url=https://www.editorial.co.id/2018/12/gelar-diskusi-tematik-isri-pendidikan.html?m=1Gelar%20Diskusi%20Tematik,%20ISRI:%20Pendidikan%20Nasional%20Masih%20Jauh%20dari%20Pancasila%3A%20https://www.editorial.co.id/2018/12/gelar-diskusi-tematik-isri-pendidikan.html?m=1" rel="nofollow" style="background: rgb(78, 195, 0); border-bottom-color: rgb(0, 0, 128); border-bottom-style: solid; border-radius: 0px; border-width: 0px; color: white; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 35px; line-height: 35px; margin: 0px 5px 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline; width: 35px;" target="_blank" title="Line"><span class="fa fa-weixin" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; border: 0px; display: inline-block; font-family: FontAwesome; font-size: inherit; font-stretch: normal; line-height: 1; margin: 5px 0px 0px; padding: 0px; text-rendering: auto; vertical-align: baseline;"></span></a></div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-5016820737659460207" style="border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: 1.6em; margin: 5px -6px 0.75em; padding: 3px 0px 0px; vertical-align: baseline;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border-collapse: collapse; border-color: rgb(229, 229, 229) rgb(229, 229, 229) rgb(220, 220, 220); border-spacing: 0px; border-style: solid; border-width: 0px 0px 1px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px auto 10px; padding: 4px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><tbody style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<tr style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><td style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-9i-4RsPww1A/XAaU1QE0RnI/AAAAAAAAAHk/BFd4zI53ab0r96FNSfTJWGaE8ANY4lKtwCLcBGAs/s1600/IMG-20181204-WA0006.jpg" imageanchor="1" style="border: 0px; color: #0068c3; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" src="https://4.bp.blogspot.com/-9i-4RsPww1A/XAaU1QE0RnI/AAAAAAAAAHk/BFd4zI53ab0r96FNSfTJWGaE8ANY4lKtwCLcBGAs/s1600/IMG-20181204-WA0006.jpg" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px -20px; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 312px;" /></a></td></tr>
<tr style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><td class="tr-caption" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; color: #464646; float: left; font-family: inherit; font-size: 10px; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 1.1em; margin: 0px; padding: 0px 10px 2px; vertical-align: baseline;">Diskusi Tematik ISRI</td></tr>
</tbody></table>
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="https://www.editorial.co.id/" style="border: 0px; color: #0068c3; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Editorial.co.id</a> - </b>Dewan Pengurus Nasional Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) mengadakan Diskusi Tematik V dengan Tema “ Pendidikan Yang Mencerdaskan Bangsa”. Adapun sebelum kegiatan para pembicara dan peserta menikmati pemeriksaan dan konsultasi kesehatan gratis yang di fasilitasi Armando, yang merupakan Penasehat DPC ISRI Kota Bekasi.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Dalam Diskusi yang dipandu oleh Dr. Tarto Sentono, ST., M.Pd., Wakil Ketua Umum ISRI yang juga Mantan Panitera Taman Siswa Yogyakarta ini dalam paparan awal diskusi mengatakan pendidikan nasional masih jauh dari Pancasila, pendidikan nasional harus mampu membangun komitmen kebangsaan, setia kepada bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan nasional haruslah dapat mencerdaskan bangsa dan menjadikan masyarakat Indonesia yang merdeka, mandiri, jujur, berbudi pekerti luhur, tanpa dendam, dan toleran, mempunyai komitmen pribadi dan kebangsaan. maka oleh karena itu pentingnya pendidikan karakter, pendidikan yg memiliki efek positif sebagai dasar pembentukan kepribadian, pendidikan yg mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan membentuk peradaban yang mana fenomena saat ini sangat jauh dari hal tersebut misal koruptor tertangkap KPK masih bisa senyum - senyum, sekolah negeri memisahkan ruang parkir antara laki-laki dan perempuan, kurikulum yang berubah ubah, banyaknya juara di lingkup dunia namun belum ada produksi nasional untuk kehidupan masyarakat sehari-hari terkait teknologi serta sekolah seharusnya tidak berbayar karena merupakan layanan publik negara.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Ir. Rudianto Handako, IPM., Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia menyampaikan bahwa Bangsa yang Cerdas yang kuat Tehnologi nya seperti Korea, China India, Jepang, Jerman, USA.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Pentingnya bandingkan dengan negara lain yang mana umumnya dasar inovasi telah ditanamkan sejak usia dini dan untuk mendorong Inovasi perlu iklim yang menyebabkan Inovasi dan Keberpihakan.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Iklim ini menjadi penarik Pendidikan Cerdas., misal China, Di tingkat sekolah dasar, hanya diberikan mata pelajaran Bahasa China, Bahasa Inggris dan Matematika., USA, Di tingkat sekolah dasar, dikembangkan kerjasama, bukan suasana kompetisi untuk peringkatan., Jepang, Di tingkat sekolah dasar, selain kerjasama juga belajar menghargai yang kalah.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Selain itu Rudianto menyampaikan pentingnya pendidikan etika di segala bidang dan sertifikasi kompetensi akan menjadi modal utama bagi dunia kerja.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Pembicara HM. Bambang Sulistomo, S.IP., M.Si., Ketua Yayasan Universitas 17 Agustus Jakarta dalam paparannya mengatakan bahwa kuantitas dan kualitas adalah masalah klasik dalam dunia pendidikan nasional.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Putra Pahlawan Nasional Bung Tomo ini juga mengatakan bahwa kita sekarang sedang mengalami krisis moral etika, krisis hukum sehingga diperlukan pendidikan nasional yang menyangkut integritas manusia maka pentingnya pendidikan moral dan etika sesuai pembukaan UUD 1945, oleh karenanya Revolusi Mental yang sedang dijalankan harus bersumber dan menyinggung Pembukaan UUD 1945 ujar Pembicara dari Untag Jakarta yang tergabung dalam Perhimpunan Perguruan Tinggi Swasta Nasionalis Indonesia (P2TSNI) ini.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Dr. Soenarto Sardhidatmodjo. MBA. MM., Rektor Universitas Bung Karno dalam paparannya mengatakan bahwa pendidikan nasional belum mampu membangun Ke-Indonesiaan-an, artinya pendidikan nasional masih jauh dari ajaran-ajaran Bung Karno yangmana Soebadio Sosrosatomo pernah mengatakan Sukarno adalah Indonesia, Indonesia adalah Sukarno.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Ketua Umum Persatuan Alumni Gerakan Siswa Nasional Indonesia ini mengatakan bahwa ada 3 penyakit yang sedang diderita bangsa ini yaitu pertama; korupsi, kedua; menurunnya keyakinan kepada Pancasila, ketiga; Narkoba.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Sedangkan Dr. Harjoko Sangganagara, M.Pd., Ketua Bidang Pendidikan ISRI memaparkan pendidikan melalui kesejarahan yaitu latar belakang munculnya politik etis karena tanam paksa (Cultuur Stelsel) yang dikarenakan untuk mengisi kekosongan kas. Pemikiran Politik etik berdasarkan tiga prinsip pendidikan, Pengairan dan perpindahan penduduk dikenal dengan trias van deventer, yang mana pemerintah hindia mendapat bantuan sebesar 40 juta gulden dari pemerintah belanda untuk menjalankan politik etik namun saat itu pemerintah hindia belanda gagal membuat kebijakan yang mendorong industrialisasi, pertumbuhan ekonomi dan masalah kesejahteraan penduduk pribumi berkaitan dengan projek infrastruktur saja<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />yang mana pemerintah hindia belanda mampu jaringan rel kereta api dan trem mencapai 7.425 km, namun projek terkait kesejahteraan adalah projek pengairan namun projek ini mangkrak setelah menghabiskan 17 juta gulden, yang mana saat itu rencana pembangunan pemerintah hindia belanda yang sangat besar dan banyak bahkan mungkin pembangunan saat ini tidak kurang dari 25% dari rencana pembangunan pemerintah hindia belanda saat itu. Pemerintah hindia belanda juga kalah berpacu dengan jumlah penduduk Jawa walau ada eksperimen transmigrasi.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Terkait dengan pendidikan pada era politik etik terdapat tiga pendekatan yaitu pendekatan elite, pendekatan Kerakyatan dan sekolah - sekolah alternatif serta munculnya kaum intelektual seperti Raden Ajeng Kartini, Haji Agus Salim, Pangeran Aria Husein Djajadiningrat dan Sukarno.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Politik etik juga melahirkan tokoh penggerak perubahan seperti Abdul Rivai melalui penerbit bintang hindia dan Wahidin Sudirohusodo yang melahirkan pendirian Budi Utomo yang merupakan titik awal munculnya nasionalisme.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Harjoko mengatakan bahwa pendidikan nasional harus membangun karakter kebangsaan atau Ke-Indonesiaan-an, selain itu pentingnya penanaman Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Pandangan Hidup Bangsa dalam dunia pendidikan serta pendidikan etika atau Budhi pekerti yang membentuk integritas manusia Indonesia ujar Pengamat Pendidikan ini. (ril)</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-26141989970500219952016-02-23T07:07:00.002-08:002016-02-23T07:07:40.434-08:00<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<h2 class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglL9JNO4z1I5WhuTHp4oESjVZrY9Gd_aHl073FgnBkDY8spu-JRLJMat6jaiIwRHoWFxxYDLZP5j586C-rvH72TthwxevFu8O-1geJyoNGji2DNHJw-eDZGeRygQrAh5QWVEv0xlPZtnna/s1600/pariwisata+jabar+selatan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">Menyoal Wisata Maritim Jabar Selatan</a></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Pikiran Rakyat, 2015</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglL9JNO4z1I5WhuTHp4oESjVZrY9Gd_aHl073FgnBkDY8spu-JRLJMat6jaiIwRHoWFxxYDLZP5j586C-rvH72TthwxevFu8O-1geJyoNGji2DNHJw-eDZGeRygQrAh5QWVEv0xlPZtnna/s640/pariwisata+jabar+selatan.jpg" width="640" /></div>
<br />
<br />Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-31022388347695177362016-02-23T07:04:00.001-08:002016-02-23T07:04:16.468-08:00<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<h2 class="MsoNormal">
<span class="5yl5">"Reformasi Total PSSI dan Signifikansi
Ekonomi Olahraga" </span></h2>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Oleh : Harjoko Sangganagara *) </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Daily Investor 2015</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5"> </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Presiden Joko Widodo menyatakan perlu
reformasi total terhadap PSSI. Sangsi sepihak yang kurang obyektif telah
dijatuhkan oleh FIFA terhadap Indonesia. Hal itu tidak perlu diratapi karena
justru memberikan makna yang besar dan menjadi momentum untuk menata kembali
sepak bola di tanah air. Apalagi selama satu dasawarsa terakhir, PSSI selalu
busung prestasi dan berada diperingkat bawah. Reformasi total yang paling ideal
adalah melahirkan kembali organisasi federasi sepak bola dengan nama baru
maupun tetap bernama PSSI tetapi dengan pengurus yang benar-benar baru. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Saatnya mengubur berbagai macam penyakit
kronis sepak bola di negeri ini, khususnya modus korupsi dan sepak terjang
mafia sepak bola. Reformasi total juga meliputi pengembangan potensi dan nilai
tambah ekonomi olahraga. Reformasi total relevan dengan kondisi FIFA yang kini
reputasinya sedang jatuh terpuruk akibat skandal korupsi yang dilakukan oleh
petingginya. Insiden penangkapan beberapa pimpinan FIFA di Zurich terkait
dugaan korupsi, penyuapan hingga pemerasan telah mencoreng citra federasi sepak
bola dunia. Penangkapan petinggi FIFA yang diprakarsai FBI, berhasil menjaring
sembilan nama diantaranya Jeffrey Webb, yang menjabat posisi wakil presiden
FIFA dan ketua Federasi Concacaf yang mencakup Amerika Utara dan Tengah. Para
pejabat FIFA itu dituduh melakukan pemerasan, penipuan dan pencucian uang yang
melibatan puluhan juta dolar. Tuduhan yang dilontarkan diantaranya termasuk
menerima suap untuk memberikan hak media dan pemasaran untuk turnamen
sepakbola, menerima suap untuk mempengaruhi keputusan lokasi turnamen. Termasuk
Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dan Copa America 2016 di AS. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Ada baiknya kita menengok kembali
penyelengaraan Piala Dunia 2014 di Brasil yang semakin membuktikan bahwa sepak
bola memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian. Sepak bola bisa
menggoyang sekaligus menggairahkan perekonomian global dan lokal. Begitu pesta
Piala Dunia dunia bergulir, maka efeknya langsung merembet ke perdagangan saham
global. Olahraga bisa menggairahkan perekonomian dunia dan lokal. Belanja iklan
dan promosi produk mengalir deras. Tak terkecuali di Indonesia. Pesta olahraga
membuat denyut ekonomi semakin berdenyut hal itu terlihat dengan volume
penjualan televisi dan perangkat pendukungnya yang meningkat pesat serta
semakin banyaknya usaha nonton bareng dengan LCD layar lebar. Usaha kafe dan
restoran semakin kebanjiran pengunjung yang akan nonton bareng sambil menikmati
menu makanan dan sajian musik serta hiburan lainnya. Selain itu usaha kerajian
rakyat terkait dengan olahraga dan souvenir juga mengalami kenaikan oplah.
Seperti kaos berlogo peserta olahraga dan pesertanya, slayer, gelas, piring dan
barang merchandise lainnya. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Tidak bisa dimungkiri bahwa pembangunan
infrastruktur olahraga khususnya stadion sepak bola bisa menjadi faktor
pendorong ekonomi dan kemajuan bangsa. Sayangnya, pembangunan infrastruktur
olahraga di negeri ini justru telah menjadi ajang korupsi. Sisi lain yang
menyedihkan terkait dengan infrastruktur olahraga adalah mengenai utilitas dan
biaya operasional stadion yang mengalami salah urus. Banyak Infrastruktur
olahraga yang pada awalnya terlihat megah akhirnya menjadi sepi karena
manajemen kompetisi cabang olah raga yang kurang baik. Dalam rangka reformasi
total sepak bola Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi membentuk
tim transisi sepakbola Indonesia. Tim itu menggantikan fungsi pengurus PSSI
yang dibekukan. Sebelum PSSI yang baru terlahir, tim ini bertugas sementara
sebagai otoritas tertinggi sepak bola Indonesia. Masyarakat berharap agar PSSI
terlahir kembali dengan postur yang lebih bersih dan memiliki integritas serta
haus prestasi. Tim transisi memiliki anggota dengan ragam profesi yang
eksistensinya sangat dibutuhkan oleh sepak bola nasional. Sosok seperti Bibit
Samad Rianto yang pernah menjadi komisioner KPK sangat tepat untuk membangun
integritas di domain sepak bola nasional. Selain itu perlunya sosok yang tegas,
disiplin dan penuh nilai kejuangan untuk memperbaiki mentalitas pemain dan
pengurus sepak bola. Kriteria tersebut melekat pada Letnan Jenderal Lodewijk
Freidrich Paulus yang telah ditunjuk langsung oleh Panglima TNI untuk menjadi
salah satu tim transisi. Letjen Paulus adalah mantan Danjen Kopassus dan
Pangdam I/Bukit Barisan, yang kini menjadi Dankodiklat (Komandan Pusat
Pendidikan dan Latihan) TNI AD. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Tim Transisi diharapkan bisa membidani
kelahiran PSSI yang baru dengan kondisi sehat dan selamat. Untuk melahirkan
PSSI yang baru diharapkan tim transisi bersinergi dengan pemain lintas generasi
dan para tokoh sepak bola yang saat ini memiliki reputasi dan berkiprah di
tingkat global. Salah satunya adalah Erick Thohir yang beberapa waktu lalu
mengakuisisi 70 % saham Inter Milan, klub papan atas Seri A Italia. Kini Erick
telah memiliki mayoritas kepemilikan Nerazzurri setelah menggelontorkan dana
sekitar Rp 5,2 triliun.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Masyarakat berharap PSSI yang baru bebas
konflik dan kepentingan kelompok. Juga diharapkan bebas dan bersih dari aksi
mafia sepak bola yang selama ini penyebab kekisruhan sehingga prestasi sepak
bola nasional terus terpuruk. PSSI baru sebaiknya fokus untuk merumuskan tata
kelola sepak bola nasional yang lebih baik serta menata ulang sistem kompetisi
Liga Indonesia yang lebih fair dan adil. Perlu kerjasama dengan penyelenggara
liga sepak bola di Eropa yang selama ini telah sukses menyelenggarakan turnamen
dan sukses mengembangkan profesi dan prestasi. Para pemain atau atlet sepak
bola nasional lintas generasi diharapkan turut membidani kelahiran PSSI baru
bersama tim transisi. Langkah Kemenpora yang membekukan PSSI dan keputusan PSSI
versi La Nyalla Mattaliti yang secara sepihak menghentikan kompetisi Liga Indonesia
lalu mempengaruhi FIFA agar menjatuhkan sangsi kepada Indonesia merupakan
langkah kontra produktif yang sekaligus mendatangkan hikmah besar. Yakni hikmah
untuk segera menghilangkan penyakit struktural di tubuh PSSI. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Kemenpora sebaiknya segera memberikan peran
yang luas kepada para pemain sepak bola lintas generasi untuk terlibat langsung
membidani PSSI baru lewat Munaslub dan memilih kepengurusan baru serta
menyehatkan dan memperbaiki budaya organisasi. Saatnya membentuk lembaga
independen untuk mengawasi kinerja dan budaya organisasi PSSI yang baru. Sejak
berdiri pada 19 April 1930 sebenarnya PSSI telah memiliki budaya organisasi
yang cukup kokoh. Budaya organisasi itu dalam arti sejumlah pemahaman bersama
untuk mendapatkan momentum dengan landasan norma, nilai, sikap dan keyakinan
yang dimiliki bersama oleh segenap anggota organisasi. Namun dalam dua dasa
warsa terakhir ini budaya organisasi PSSI telah terkoyak-koyak karena telah
digerogoti oleh konflik dan penyakit struktural. Eksistensi PSSI baru juga
harus mampu menjadikan sepak bola sebagai entitas industri yang tangguh dengan
nilai tambah ekonomi yang lebih signifikan dan menetes ke bawah. Banyak warga
negara Indonesia yang sebenarnya mampu mewujudkan PSSI baru yang lebih
berprestasi dan ekonomi sepak bola menjadi lebih bergairah. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Terpuruknya prestasi sepak bola nasional
dan beberapa cabor olahraga lainnya merupakan indikasi bahwa etos kerja dan
kualitas SDM bangsa ini juga belum baik. Idealnya olahraga juga berfungsi untuk
merevolusi mental bangsa yang bisa membuahkan daya saing dan budaya unggul.
Untuk itulah perlunya langkah debirokratisasi olahraga di Indonesia agar tidak
mengalami kelangkaan prestasi terus menerus. Debirokratisasi pada prinsipnya
membebaskan atlet cabang olahraga dari belitan birokrasi dan intrik politik
praktis dan selanjutnya mengembangkan profesionalitas atlet dan pengurus cabang
olahraga sesuai dengan tren global. Betapa pentingnya figur dan reputasi
seorang Ketua Umum PSSI yang baru. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">Sangat relevan pendapat pakar manajemen modern
Peter Drucker yang mendefinisikan bahwa sebuah organisasi pada saat ini lebih
membutuhkan leader ketimbang manager. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa Leaders
finds the right things to. Sedangkan manager adalah mereka yang try to do
things right. Korelasinya terhadap PSSI selama ini lebih banyak memiliki
pengurus yang bertipe manager tetapi tidak memiliki leader yang mampu
memusatkan perhatian pada aspek efektivitas. Utamanya efektivitas kompetisi dan
pembinaan. Jelaslah sudah, yang lebih dibutuhkan oleh PSSI baru adalah leader
atau pemimpin yang memiliki visi yang kuat dan tangguh. Pemimpin yang bebas
konflik yang pernah terjadi, pemimpin yang tidak menjadi kaki tangan parpol
atau ormas. Ketepurukan prestasi olahraga nasional tidak boleh berlarut larut.
Pemerintah dalam hal ini Kemenpora harus berani menyehatkan dan merampingkan
birokrasi olahraga yang spektrumnya membentang dari KONI Pusat hingga daerah. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="5yl5">*) Dosen STIA Bagasasi Bandung.</span></div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-81869812256269576232016-02-18T07:41:00.002-08:002016-02-18T07:41:37.870-08:00<h2>
<br /></h2>
<h2>
Hari Tembakau Sedunia dan Paradoks Industri Rokok</h2>
Tribun Jabar April 2015<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpPi27jQT6R70jc12hsX7Nt5gR42gF-EytRkV0pAlLU1afZGNkXcAbG4aMZxz8LfQljUsgQ7okUTE8Ap6PEm6gehZvc-CbNLmPpi-f2D1yal1noIf5lV1kcnnNtlwBmvTBLDhgEb43lhbY/s1600/hari+tanpa+tembakau.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpPi27jQT6R70jc12hsX7Nt5gR42gF-EytRkV0pAlLU1afZGNkXcAbG4aMZxz8LfQljUsgQ7okUTE8Ap6PEm6gehZvc-CbNLmPpi-f2D1yal1noIf5lV1kcnnNtlwBmvTBLDhgEb43lhbY/s320/hari+tanpa+tembakau.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<br />
<span class="_5yl5"><span>Menyoal Kluster Industri Rokok di Jabar
Oleh : Harjoko Sangganagara *)
Kluster baru industri rokok di Jawa Barat yang berada di
Kabupaten Karawang dibangun untuk tujuan ekspor. Dengan demikian kluster
industri yang dibangun oleh PT HMSP dengan nilai investasi sekitar Rp 2
triliun itu kinerja ekspornya harus bisa konsisten. Sehingga produk
yang ditujukan untuk ekspor itu tidak malah diam-diam merembes lalu
membanjiri pasar domestik, khususnya di Jawa Barat. Apalagi selama ini
kontribusi penjualan ekspor jauh lebih kecil dibandingkan penjualan
rokok dipasar domestik.
Sangat disayangkan kluster industri rokok di Jabar tersebut tidak banyak
menyerap tenaga kerja. Pasalnya jenis kluster tersebut adalah
memproduksi sigaret kretek mesin (SKM) yang mengandalkan mesin dan
menghindari tenaga kerja lokal.
Kluster industri rokok di Jawa Barat bisa mendongkrak konsumsi rokok dan
menyebabkan persoalan kesehatan yang sangat serius. Apalagi kontribusi
pajak dan cukai rokok untuk Jawa Barat kurang signifikan.
Pemerintahan diharapkan mengawasi secara ketat bagi industri rokok agar
konsisten mengembangkan pasar keluar negeri. Selain itu pemerintah juga
dituntut segera meratifikasi atau mengaksesi Konvensi Kerangka Kerja
Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control –FCTC)
yang dibuat oleh WHO. Ironsinya, hingga kini Indonesia menjadi
satu-satunya negara di kawasan Asia Pasifik yang belum meratifikasi FCTC
meskipun sudah ditandatangani 168 negara dan resmi mengikat total 178
di antara 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebaiknya memperhatikan Global Adult Tobacco Survey Report
yang menempatkan Indonesia urutan pertama di dunia yang memiliki
persentase tertinggi penduduk laki-laki perokok, 67 persen. Sedangkan
dari jumlahnya, Indonesia masuk peringkat ketiga setelah Tiongkok dan
India. Belanja rokok rumah tangga perokok di Indonesia menempati urutan
nomor dua (10,4 persen) setelah makanan pokok (11,3 persen).
Pada saat ini kluster industri rokok di Jateng dan Jatim sedang
melakukan proses PHK atau pensiun dini terhadap ribuan pekerja.
Celakanya PHK besar tersebut tanpa disertai program transformasi profesi
buruh pabrik rokok. Sehingga buruh kesulitan alih pekerjaan lalu
menganggur. Ironisnya para investor justru mengalihkan pabrik rokoknya
ke Jabar tetapi tanpa banyak menyerap tenaga kerja karena pabrik
tersebut mengguankan mesin-mesin otomatis yang tidak membutuhkan tenaga
kerja.
Perlu menata struktur industri rokok yang lebih adatif dengan
regulasi dan tuntutan jaman terkait aspek kesehatan bangsa. Dibutuhkan
peta jalan baru untuk optimasi perolehan cukai dan struktur
ketenagakerjaan yang ideal.
Kota dan kabupaten yang selama ini menjadi kantong buruh
industri rokok yang terkena program PHK masal atau pengrumahan perlu
mengantisipasi dampak jangka panjang. Meskipun ribuan buruh tersebut
mendapat pesangon yang memadai, namun dibutuhkan program pengarahan agar
uang pesangon tersebut tidak cepat ludes untuk hal-hal yang konsumtif.
Dibutuhkan pelatihan kewirausahaan bagi buruh rokok yang sesuai dengan
kondisi daerah.
Tak bisa dimungkiri, industri rokok, khususnya jenis Sigaret
Kretek Tangan (SKT) pada saat ini menghadapi berbagai masalah serius.
Antara lain kenaikan upah minimum regional dan perubahan preferensi
konsumen dari yang dulunya menggemari rokok kretek menjadi ke rokok mild
yang diproduksi mesin.
Keputusan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) yang menyatakan pemerintah akan
menaikkan cukai rokok sebesar 10 persen sebaiknya segera dikonkritkan.
Kenaikan itu untuk memenuhi target penerimaan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) 2015 sebesar Rp 120 triliun dari cukai rokok.
Pentingnya kementerian perindustrian, perdagangan, dan keuangan untuk
segera berkoordinasi guna merombak atau menyusun kembali peta jalan
industri rokok. Pemerintah harus punya kebijakan agar pertumbuhan
produksi rokok bisa terkendali. Sebaiknya kemenperin menghitung
tingkatan pertumbuhan yang tepat bagi industri rokok. Sesuai dengan
aspirasi terkait dengan masa depan kesehatan rakyat. Perlu kebijakan
baru seperti misalnya mengurangi ukuran atau panjang SKT untuk
memperpendek waktu isap seperti halnya rokok buatan mesin.
Secara geografis, selama ini kluster industri rokok kretek
di Indonesia ada di Pulau Jawa, yaitu di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur khususnya di daerah Kudus, Kediri, Surabaya, dan Malang.
Keberadaan industri rokok di negeri ini memang dilematis. Di satu sisi,
masalah kesehatan rakyat sangat rentan terhadap prilaku merokok. Dilain
pihak industri rokok menjadi salah satu sumber pembiayaan bagi
pemerintah karena cukai rokok mempunyai peranan penting dalam penerimaan
negara.
Telah terjadi tren penurunan produksi, terutama sejak
pemerintah menerapkan pemberlakuan gambar peringatan rokok. Yakni
Peraturan Pemerintah (PP) No 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Yang
memberikan batasan sangat ketat bagi peredaran, penjualan dan iklan dari
produk tembakau.
Pada 2012 produksi rokok mengalami kenaikan 9 persen, tetapi
pada 2013 mengalami penurunan 7 persen. Dan pada 2014 berdasarkan
estimasi Direktorat Bea Cukai diperkirakan tumbuh 3 persen. Target
penerimaan cukai rokok dalam APBN 2014 sekitar Rp 110,5 triliun ternyata
sulit tercapai. Pada 2013 penerimaan cukai rokok sekitar Rp 100
triliun. Pada 2013 produksi rokok mencapai 341 miliar batang. Maka untuk
mendapatkan tambahan Rp 10,5 triliun pada 2014, paling tidak
dibutuhkan 358 miliar hingga 360 miliar batang rokok. Betapa riskan
jumlah yang sangat besar tersebut terhadap aspek kesehatan bangsa.
Untuk memenuhi target diatas harga jual eceran per batang dinaikkan,
karena sudah dua tahun tidak naik. Sedangkan struktur tarif cukai
dipertahankan tetap dengan 13 layer. Batasan produksi SKM tetap 2
golongan, bila ada perubahan batasan produksi Golongan II SKM minimal
tidak kurang dari 2 miliar batang dan Golongan III SKT agar diselamatkan
karena sebagai jaring pengaman agar bisa membendung peredaran rokok
ilegal.
*) Dosen STIA Bagasasi Bandung.</span></span>Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-87079913183755656032016-02-18T07:25:00.003-08:002016-02-18T07:25:50.736-08:00<br />
<h2>
Memacu Gerakan Wiraswasta</h2>
Daily Investor 10 April 2015<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLsf7CPvWJ8L26FfDeEep1cyLsJRogJveRBn5n2bAyeRVn8deIl6yQh-LuItrWydBNVe3Y_H7aNzU0Qbpov5LTlwKa9m_TH7F44cRj7MyWsXMIbgJOLnNbYc5LJwI6_Mr4RVHaGbs836wO/s1600/wirausaha.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLsf7CPvWJ8L26FfDeEep1cyLsJRogJveRBn5n2bAyeRVn8deIl6yQh-LuItrWydBNVe3Y_H7aNzU0Qbpov5LTlwKa9m_TH7F44cRj7MyWsXMIbgJOLnNbYc5LJwI6_Mr4RVHaGbs836wO/s320/wirausaha.jpg" width="320" /></a></div>
<br />Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-42923925171642028042016-02-17T06:51:00.001-08:002016-02-17T06:51:06.428-08:00<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<h2>
"Greget LSI 2015 dan Kapasitas Menpora"</h2>
Tribun Jabar,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>4 April <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>2015<br />
<br />
Oleh : Harjoko Sangganagara *)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeviKN6Sr-U5a3SySnpagBGvNxbtQ-ZtVRYpLy2UM17kMDCiDoLxiVawMQAZdk_NWHKQv1EU5wx-YZfzr3c3XnP1T-Qe155rgbyy-88csp3jMtCYckfxx6emif79IU2NHd7M8EjIBQmIQA/s1600/menpora.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeviKN6Sr-U5a3SySnpagBGvNxbtQ-ZtVRYpLy2UM17kMDCiDoLxiVawMQAZdk_NWHKQv1EU5wx-YZfzr3c3XnP1T-Qe155rgbyy-88csp3jMtCYckfxx6emif79IU2NHd7M8EjIBQmIQA/s320/menpora.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Penyelenggaraan Liga Super Indonesia (LSI) 2015 dalam kondisi kurang greget
alias kurang darah. Kondisinya kian menyedihkan terkait dengan rekomendasi Badan
Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang hanya memberi penilaian layak
terhadap 16 klub. Dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh BOPI sebagian klub
masih sarat dengan masalah. Bahkan dua klub kenamaan, yakni Arema Cronus dan
Persebaya Surabaya tidak direkomedasikan mengikuti kompetisi. Saat ini juga ada
klub yang pengurusnya terjerat oleh kasus korupsi dan harus berurusan dengan
otoritas hukum. Selain itu ada beberapa klub yang rentan dengan masalah
pembiayaan kompetisi sehingga bisa macet ditengah kompetisi yang berakibat
terancamnya hak-hak atlet. Yang paling krusial terkait ancaman diatas adalah
tidak terbayarnya gaji dan bonus atlet secara tepat waktu.<br />
<br />
Tak pelak lagi, ada beberapa klub yang kesulitan keuangan dan manajemen yang
rapuh tetapi memaksakan diri untuk mengikuti LSI 2015. Menteri Pemuda dan
Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi diharapkan bersikap tegas terhadap ketentuan
profesionalitas klub peserta LSI. Sehingga tidak terjadi lagi hal-hal yang bisa
merugikan atlet. Saatnya manajemen klub diawasi secara ketat dengan melibatkan
KPK sehingga tidak terjadi kasus-kasus korupsi dan penyelewengan uang rakyat.<br />
<br />
Kini Menpora memikul beban yang sangat berat terkait dengan masalah kompleks
kepemudaan dan prestasi olahraga nasional yang hingga kini tidak kunjung
membaik. Menpora Nahrawi harus bisa membuktikan bahwa kementerian yang
dipimpinnya memiliki strategi dan terobosan terkait dengan pembinaan dan
peningkatan prestasi seluruh cabang olahraga.<br />
<br />
Program Kemenpora sebaiknya terfokus kepada dua aspek strategis yakni
peningkatan prestasi berbagai cabang olahraga dan mengembangkan industri
peralatan olahraga. Selama ini peralatan olahraga di negeri ini rasionya belum
memadai. Banyak cabang olahraga yang tidak mampu mengatrol prestasi karena
terkendala oleh peralatan olahraga. Ironisnya pengadaan peralatan olahraga
selama ini justru sarat penyelewengan. Seperti kasus peralatan olahraga untuk
latihan dan pertandingan Asian Games Incheon.<br />
<br />
Dimasa mendatang kasus semacam ini tidak boleh terulang lagi. Menpora harus
ikut bertanggung jawab karena yang melaksanakan lelang dan memutuskan
pemenangnya adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kasus penyelewengan
peralatan olahraga tersebut sangat menggangu berbagai cabang olahraga yang
membutuhkan peralatan baru jauh hari sebelum event dimulai.<br />
<br />
Menpora Nahrawi sebaiknya napak tilas sejarah Pekan Olahraga Nasional (PON)
pertama pada 1948 dan peristiwa yang sangat membanggakan yakni pada peristiwa
Asian Games 1962 yang diselengarakan di Jakarta. Selain sukses sebagai tuan
rumah dan sukses membangun infrastruktur olahraga, pada saat itu juga sukses
dalam hal prestasi. Indonesia berhasil menduduki peringkat kedua setelah Jepang
dalam mengumpulkan medali.<br />
<br />
Olahraga bukan semata untuk menciptakan pola hidup sehat dan mencapai prestasi.
Sejarah menunjukkan bahwa olahraga adalah media perjuangan dan sarana pemersatu
bangsa. Hal itu terbukti dengan penyelenggaraan PON pertama yang digelar di
Stadion Sriwedari Solo. Kini olahraga telah mengalami transformasi menjadi
industri yang sangat signifikan bagi reputasi dan perekonomian suatu bangsa.<br />
Publik berharap Menpora memiliki langkah progresif dan mampu
mentransformasikan entitas olahraga di negeri ini menjadi industri yang
tangguh. Tren global menunjukkan bahwa industri olahraga semakin berpotensi
untuk menambah devisa negara. Sayangnya, pengembangan industri olahraga
nasional kini sedang stagnan. Belum ada terobosan kebijakan dan inisiatif model
bisnis luar biasa terkait dengan industri olahraga di negeri ini.<br />
<br />
Sudah ada landasan yuridis terkait dengan pengembangan industri olahraga,
yakni Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
(SKN). Namun, undang-undang tersebut kurang diimplementasikan secara baik dan
masih miskin inisiatif dan sepi inovasi. Dalam UU SKN dijelaskan bahwa industri
olahraga adalah kegiatan bisnis bidang olahraga dalam bentuk produk barang dan
atau jasa.<br />
Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang diproduksi,
diperjual belikan, dan atau disewakan untuk masyarakat. Industri olahraga juga
dapat berbentuk jasa penjualan kegiatan cabang olahraga sebagai produk utama
yang dikemas secara profesional yang meliputi; kejuaraan nasional dan
internasional, pekan olahraga daerah, wilayah, nasional, dan internasional,
promosi, eksibisi, dan festival olahraga; atau keagenan, layanan informasi, dan
konsultasi keolahragaan.<br />
<br />
Tak bisa dimungkiri lagi bahwa industri olahraga selain bisa memberikan
nilai tambah berarti juga telah memperluas lapangan kerja dan menambah ragam
profesi. Sehingga portofolio ketenagakerjaan di suatu negara spektrumnya
semakin luas. Sebagai gambaran di Korea Selatan, profesi yang terkait olahraga
semakin menjanjikan. Bahkan Institut Sport Science Korea sangat serius dan
fokus untuk mengembangkan job description terkait dengan industri keolahragaan.<br />
<br />
Tiongkok juga merupakan negara yang sangat progresif dalam mengembangkan
industri olahraga. Industri olahraga di Tiongkok mulai dikembangkan secara
sistemik sejak 1978. Dan terus digenjot setelah negara itu menjadi tuan rumah Olimpiade
2002. Tiongkok membagi industri olahraganya kedalam dua sektor, yakni sport
service industry atau layanan industri olahraga. Dan sport good industry atau
peralatan industri olahraga. Sejak 2005 industri olahraga di Tiongkok setiap
tahunnya menghasilkan devisa rata-rata 30 miliar dolar. Sedangkan perputaran
ekonomi dari sektor industri olahraga di Amerika Serikat mencapai 154 miliar
dollar setiap tahunnya.<br />
<br />
Keberhasilan Tiongkok dalam melakukan ekspor peralatan olahraga ke Amerika
dan Eropa juga patut dicontoh. Nilai ekspor tersebut tumbuh hinggga dua digit
selama lima tahun terakhir. Selain itu industri peralatan olahraga Tiongkok
mampu melakukan strategi diferensiasi untuk bersaing dengan industri yang sudah
memiliki nama besar. Kluster industri peralatan olahraga Tiongkok sekitar 70 %
berasal dari provinsi Guangdong, Zhejiang dan Jiangsu.<br />
<br />
Menteri Olahraga Tiongkok memiliki program nasional yang sangat ambisius
yang bertujuan agar desain dan produk peralatan olahraga buatan negaranya
sesuai dengan standar Olimpiade. Perguruan tinggi bersama dunia industri di
Tiongkok pada saat ini sedang melakukan riset besar-besaran tentang desain
produk peralatan olahraga. <br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-62283024704360834512016-02-17T03:50:00.001-08:002016-02-17T03:50:53.471-08:00<h2>
Urgensi KEK Pariwisata Jabar Selatan </h2>
( Tribun Jabar 26 Februari 2015)<br />
Oleh : Harjoko Sangganagara *)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJbNIz8-V3xdgNdudkTUS0_lNSC0oEqr6yOqjBZoimsq-yQ_YahzP5bXm6q6KOoim8dgHFSrAEh979115kqCVIK6mYT6-qKyJTq7XcrAkuSjfs4T6bzHDHreFcRgmMWGCv7w4Nc9dzxpbK/s1600/pariwisata.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJbNIz8-V3xdgNdudkTUS0_lNSC0oEqr6yOqjBZoimsq-yQ_YahzP5bXm6q6KOoim8dgHFSrAEh979115kqCVIK6mYT6-qKyJTq7XcrAkuSjfs4T6bzHDHreFcRgmMWGCv7w4Nc9dzxpbK/s320/pariwisata.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Presiden Joko Widodo meresmikan operasional Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Banten. Eksistensi Tanjung Lesung merupakan
KEK sektor pariwisata terpadu. Pembangunannya searah pengembangan
industri pariwisata nasional yang kini terfokus kepada wisata maritim.<br />
Mestinya
Provinsi Jawa Barat jangan kalah dengan provinsi lainnya. Karena
memiliki potensi yang luar biasa. Urgensi KEK pariwisata di Jabar
Selatan yang menekankan pengembangan destinasi laut, ekowisata pantai
dan pulau kecil.<br />
<br />
Pemprov Jabar perlu membuat paket
wisata kemaritiman terpadu. Perlu destinasi terintegrasi dimana setiap
pulau kecil yang tergabung dalam gugusan di perairan Jabar Selatan
menawarkan satu minat khusus yang masuk dalam paket wisata maritim.
Paket tesebut membutuhkan kapal pesiar yang beroperasi keliling perairan
dan ditunjang dengan perahu tradisional atau perahu kecil yang telah
dimodernisasi sehingga bisa membawa wisatawan yang turun dari kapal
pesiar.<br />
<br />
Beberapa obyek wisata maritim dan ekowisata di
Jabar Selatan belum tertangani potensinya. Padahal memiliki variabel
daya saing yang sangat unik dan perpaduan alam yang luar biasa yakni
antara gunung, hutan dan lautan yang amat menakjubkan.<br />
<br />
Sungguh minim promosi untuk mendongkrak potensi di kawasan selatan
Jabar dari pesisir Cimanuk hingga pesisir Cipatujah di Tasikmalaya
Selatan. Minimnya promosi juga terjadi untuk ekowisata Ranca Upas dan
kawasan perkebunan teh warisan kolonial Belanda yang sangat eksotik. Tak
jemu-jemunya dari ketinggian itu mata telanjang bisa melihat horizon
garis pantai Samudera Hindia dengan deburan ombaknya. Kontur alam pantai
selatan Jawa Barat yang berbukit-bukit dan secara ekstrem menurun tajam
ke bibir pantai merupakan lanskap alam yang sangat indah bak nirwana.<br />
<br />
Sudah
waktunya obyek di sepanjang pantai selatan mulai dari daerah Sukabumi,
Cianjur, Garut, Tasikmalaya, sampai Ciamis dikelola secara
sungguh-sungguh. Agar jutaan pasang mata wisatawan bisa menikmati
panorama nirwana dan merasakan kedahsyatan tantangannya dan keunikan
budaya dan ekosistemnya.<br />
<br />
Sungguh ironis, pemerintah
kolonialisme Belanda dahulu mampu mengembangkan potensi kawasan selatan
Jawa Barat. Salah satu petanda infrastruktur yang merupakan bukti
kejelian kolonial Belanda tersebut adalah pelabuhan di Cilaut Eureun.
Pada saat itu Belanda sudah memproyeksikan potensi perikanan, pertanian,
ekowisata dan budaya di wilayah Garut Selatan. Ironisnya, justru pada
saat ini potensi pantai Bungbulang, Sayang Heulang, dan Pantai Cilaut
Eureun masih terabaikan.<br />
<br />
Provinsi Jawa Barat sudah waktunya
membangun KEK berupa infrastruktur pelabuhan di sekitar Teluk Cilaut
Eureun. Sehingga bisa dibuat pelabuhan dengan kapasitas
sekurang-kurangnya 150.000 DWT. Dengan terbangunnya infrastruktur itu
maka kapal-kapal pesiar mewah yang lalu-lalang di Samudera Hindia menuju
Pulau Christmas Australia bisa berlabuh di Pelabuhan Cilaut Eureun
untuk menurunkan para wisatawan dunia.<br />
<br />
Potensi wisata
maritim membentang di wilayah Jawa Barat bagian selatan hingga kini
masih tertidur lelap. Pemerintah daerah perlu melakukan perubahan skala
prioritas kebijakan sehingga peran sebagai fasilitator dapat
dioptimalkan. Wilayah Provinsi Jawa Barat bagian selatan memiliki
potensi kelautan dan ekowisata yang luar biasa. Sayangnya potensi itu
terus terdegradasi. Kurangnya niat dan langkah strategis dalam
mengembangkan potensi diatas. Penting untuk kita renungkan bahwa secara
filosofis potensi wisata Jabar Selatan adalah lukisan Tuhan yang
eksistensinya mesti dijaga dan dikembangkan sekuat tenaga. Namun, fakta
menunjukkan bahwa lukisan itu mudah rusak dan musnah oleh tangan keji
manusia.<br />
<br />
Sangat memprihatinkan kondisi obyek
ekowisata yang sekaligus cagar alam dan cagar budaya hutan Sancang di
Garut Selatan sekarang ini yang dalam kondisi rusak parah. Dahulu,
ribuan Banteng Sancang terlihat begitu riang dan bebas berkeliaran di
hutan itu. Sekarang satwa itu benar-benar musnah. Ekosistem hutan yang
dahulu begitu perawan kini menjadi gersang meradang. Hutan Sancang
sebenarnya sarat dengan nilai spiritual dan daya magis. Apalagi tempat
itu dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat ngahiyang atau sirnanya
Prabu Siliwangi. Namun, sekarang ini menjadi kawasan kritis yang
sewaktu-waktu bisa mendatangkan bencana ekologis.<br />
<br />
Betapa pongahnya kita semua sehingga Jawa Barat kehilangan begitu saja
harta karun yang luar biasa nilainya. Sementara, bangsa lain sekarang
ini begitu getolnya menciptakan hutan buatan lengkap dengan aneka satwa
di dalamnya dengan tujuan untuk mengeruk devisa dari kantong wisatawan.
Seperti halnya langkah Singapura yang telah merancang ekowisata buatan
untuk paket wisata Safari Night yang beroperasi pada malam hari. Dalam
paket itu para wisatawan dibawa masuk hutan belantara di waktu malam
sehingga bisa menyaksikan tajamnya kilau mata Harimau dan hiruk pikuk
satwa lainnya di kegelapan malam. Setiap harinya ribuan wisatawan dari
mancanegara rela antri untuk menjelajah dan menikmati atraksi satwa.
Bahkan, bisa juga melakukan perjalanan di antara kerimbunan pohon bakau
dan berbaur dengan kelelawar di sepanjang Leopard Trail.<br />
<br />
Perlu insentif untuk mengembangkan wisata maritim di Jabar Selatan.
Utamanya untuk pengadaan kapal pesiar domestik. Apalagi baru-baru ini
pemerintah telah menyiapkan sederet insentif untuk industri perkapalan
atau galangan kapal. Insentif diharapkan bisa mendorong pembuatan kapal
pesiar domestik.<br />
Kebutuhan untuk kapal yang merupakan
infrastruktur wisata maritim sebaiknya tarifnya dinolkan. Juga diikuti
dengan kebijakan non fiskal antara lain berupa pengembangan SDM
perkapalan. Upaya itu dilakukan dengan pengembangan pusat desain kapal
nasional guna membantu industri galangan kapal terkait kapal pesiar.
Apalagi kebutuhan kapal pesiar domestik tipenya sangat spesifik dan
harus bernuansa destinasi wisata Nusantara<br />
<br />
Dalam paket
wisata maritim, selain kapal pesiar domestik juga harus mampu melayani
kapal wisata global berukuran besar yang dapat berlabuh atau membuang
sauh di pelabuhan terdekat. Selanjutnya para wisatawan dialihkan
menggunakan speedboat atau perahu tradisional menuju pulau-pulau kecil
yang memiliki obyek khusus dengan tema yang berlainan. Seperti diving,
rafting, maupun obyek ekowisataHarjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-33895219491995765342016-02-16T03:18:00.004-08:002016-02-16T03:20:18.755-08:00<div class="_38 direction_ltr">
<span class="null">2015 sebagai Tahun Perpindahan Moda<br />
(Tribun Jabar, 26 Des 2014)<br />
<br />
Oleh : Harjoko Sangganagara *)<br />
<br />
<br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="null"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHAEnwGDozn-8tollrEntxcenFiRFuucZpjh7Srvijd5qfXYnoXxSZDiKX1FAooa1UKPtOLpsZMhSaZw9br0sIbfKSjvj1dyfCXgF7EO23uU9jdjW8KNynZWg0Ptp12csgSNX_MpCLjnOA/s1600/2015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHAEnwGDozn-8tollrEntxcenFiRFuucZpjh7Srvijd5qfXYnoXxSZDiKX1FAooa1UKPtOLpsZMhSaZw9br0sIbfKSjvj1dyfCXgF7EO23uU9jdjW8KNynZWg0Ptp12csgSNX_MpCLjnOA/s1600/2015.jpg" /></a></span></div>
<span class="null">
<br />
Bagi kota besar seperti halnya Kota Bandung, tahun 2015
diharapkan terjadi perpindahan moda transportasi. Sehingga kompleksitas
masalah transportasi dan kemacetan kota bisa diatasi. Diperlukan
skenario yang tepat untuk mengarahkan perpindahan moda agar lebih
efektif bagi sistem transportasi kota. Tahun 2015 harus dijadikan
momentum untuk mengembangkan sistem transportasi masal atau MRT. <br />
Apalagi efek kenaikan BBM sangat berpengaruh terhadap prosentase
penggunaan kendaraan pribadi, sepeda motor dan angkutan umum. Sehingga
berimplikasi negatif terhadap kondisi perkotaan. Pola yang terjadi
antara lain perpindahan mobil pribadi ke sepeda motor dan mobil pribadi
ke angkutan umum. Presentase pola perpindahan diatas bisa sangat
bervariasi tergantung sejauh mana pemerintah pusat dan daerah mampu
memberikan insentif dan program revitalisasi angkutan masal. Dalam
domain sistem transportasi yang ideal, tentunya perpindahan yang
diharapkan adalah dari mobil pribadi ke angkutan umum dengan jumlah yang
signifikan.<br />
Pentingnya langkah segera untuk mencegah
perpindahan ke pengguna sepeda motor secara berlebihan. Kondisi
meledaknya populasi sepeda motor di jalanan tentunya tidak
menggembirakan karena berakibat aspek keselamatan dan ketertiban
lalu-lintas menjadi menurun. Oleh karena itu pelayanan angkutan umum
perlu segera dilakukan dengan menyempurnakan pelayanan Sistem Transit
dan Bus Rapid Transit (BRT) yang sudah dikembangkan di Pulau Jawa dan
Bali. Meskipun belum sepenuhnya berjalan dengan baik, sistem transit
secara pasti bersiap menuju kondisi pelayanan BRT yang optimal. Hal ini
sesuai dengan amanah pasal 158 ayat 1 UU 22/2009 bahwa pemerintah
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan angkutan massal berbasis
jalan.<br />
Untuk mewujudkan skenario perpindahan moda yang
ideal bagi berbagai aspek kehidupan rakyat adalah meningkatkan Dana
Alokasi Khusus (DAK) untuk transportasi perkotaan dalam konteks sistem
transit. Dengan demikian bisa ditambah volume dan diimplementasikan
secara progresif sistem transit menuju BRT. Dana Alokasi Khusus adalah
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional sebagaimana
tercantum dalam Keputusan Presiden tentang Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) tahun berjalan. Pasal 162 UU No. 32/2004 10 menyebutkan bahwa DAK
dialokasikan dalam APBN untuk daerah tertentu dalam rangka pendanaan
desentralisasi antara lain penetapan di bidang transportasi.<br />
Sistem Transit adalah bagian dari angkutan umum masal perkotaan,
sebagai tahapan transisi menuju BRT. Sistem transit adalah tahapan
antara bagi terbentuknya BRT. Sistem tersebut masih memiliki
keterbatasan beberapa hal antara lain belum menggunakan lajur khusus.
Kapasitas angkut massal tetapi headway masih cukup lama karena belum
terintegrasi dengan feeder angkutan umum lain. Selain itu trayeknya
masih banyak yang berhimpit dengan trayek angkutan umum yang lama.<br />
Ada 13 kota yang sudah mengoperasikan sistem transit. Yakni Batam
Bus Pilot Project, Bogor Trans Pakuan, Yogyakarta Trans, Semarang
Trans, Pekanbaru Trans Metro, Bandung Trans Metro, Manado Trans
Kawanua, Gorontalo Trans Hulontalangi, Palembang Trans Musi, Batik Solo
Trans, Sarbagita Bali, Trans Amboina dan Trans Tangerang. Hingga kini
yang dikategorikan sebagai BRT baru di kota Jakarta yakni Trans Jakarta.
Meskipun BRT di ibukota itu belum mencapai standar Full-BRT. Namun
begitu Trans Jakarta harus segera dipacu perkembangannya ke segala
penjuru wilayah Jabodetabek.<br />
Perlu mendorong terjadinya
perpindahan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum, dengan syarat
pelayanan angkutan massal dikembangkan sesuai SPM (standar pelayanan
minimum). Momentum kenaikan harga BBM mestinya digunakan untuk
mengakselerasi sistem transit dan BRT juga perlunya memberikan insentif
kepada usaha angkutan lain yang masih eksis sehingga usahanya bisa
sehat. Seperti perusahaan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) dan
antarkota dalam provinsi (AKDP). Namun begitu, diiperlukan kehati-hatian
dalam memberikan insentif kepada pengusaha angkutan umum. Pasalnya
jangan sampai insentif tersebut salah sasaran dan hanya menguntungkan
pihak pengusaha.</span></div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-92059112294985541912015-12-16T06:46:00.001-08:002015-12-16T06:48:15.094-08:00<span class="null">"Insentif Tepung Singkong"<br />Oleh : HARJOKO SANGGANAGARA *)<br /><br />Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN-RB) Yuddy Chrisnandi mengeluarkan Surat Edaran agar semua kantor pemerintah wajib menyajikan makanan dari hasil pertanian lokal mulai awal Desember ini. Semisal makanan berbahan dasar singkong. <br />Kewajiban terhadap instansi pemerintah tersebut secara tidak langsung merupakan bentuk insentif non fiskal bagi para petani dan pengusaha tepung singkong atau tapioka.<br />Langkah Menteri PAN-RB diatas sebaiknya juga disertai oleh kementerian terkait lainnya dengan cara pemberian insentif fiskal kepada petani dan pengusaha tepung tapioka lokal agar bisa meningkatkan kapasitas dan memperbarui mesin produksinya.<br />Insentif berupa fasilitas kredit perbankan dan bantuan teknik produksi memiliki efek yang luas terkait dengan pengurangan tepung gandum impor. Dimasa mendatang singkong dan turunannya harus bisa dikembangkan menjadi produk yang strategis. Yakni untuk swasembada pangan dan pemenuhan energi baru terbarukan.<br />Keanekaragaman pangan bisa menjadi katup pengaman terjadinya krisis pangan dunia. Kegagalan panen gandum di luar negeri yang mulai mengganggu pasar dunia hendaknya diantisipasi dengan produk substitusi pengganti tepung gandum.<br />Produk substitusi itu bisa dihasilkan dari tanaman umbi-umbian yang ragam jenisnya sangat banyak di negeri ini. Hal itu agar negeri ini tidak terus menerus tersandera oleh masalah produk pangan impor. Selama ini industri makanan tradisional secara nyata telah memperkuat ketahanan pangan nasional serta memberikan kontribusi yang berarti bagi ekonomi kerakyatan. Makanan tradisional juga mewarnai wisata kuliner yang menjadi pesona berbagai daerah.<br />Sayangnya, produsen makanan tradisional masih sarat dengan masalah. Kita harus prihatin menghadapi fakta bahwa negeri ini telah dibanjiri oleh tepung singkong impor. Padahal, menurut kementerian pertanian, Indonesia adalah produsen singkong nomor dua terbesar di dunia setelah Brasil. Pemerintah selama ini terlalu menyepelekan komoditas primer yang bernama singkong. Dan belum menggiatkan inovasi teknologi pengolah singkong menjadi produk yang lebih bernilai tambah tinggi.<br />Hingga kini usaha penepung singkong di negeri ini kurang berkembang dengan baik. Padahal tepung singkong yang berkualitas selalu mengalami pertambahan permintaan. Akibatnya, negeri ini terpaksa mengimpor tepung singkong atau tapioka hingga mencapai 600 ribu ton pada 2012 dan 670 ribu ton pada 2013.<br />Sungguh ironis bila bangsa ini kurang menyadari bahwa singkong memilki rantai proses yang banyak dan panjang. Yang menghasilkan produk-produk turunan yang memilki nilai tambah tinggi. Produk turunan itu antara lain sebagai makanan (food), pakan ternak (feed), bahan bakar atau kimia (fuel/chemicals) dan sebagai bahan pupuk (fertilizer).<br />Dengan pemberian insentif maka singkong akan menjadi produk primer dan banyak pihak yang akan melakukan investasi di sektor industri hilirnya. Investasi industri hilir yang berbasis inovasi akan membawa dampak berganda. Revitalisasi industri berbasis singkong sebaiknya menjadi prioritas pemerintahan Jokowi-JK yang berhubungan dengan pengolahan lebih lanjut produk primer dan pendalaman industrinya. <br />Penting meningkatkan volume produksi singkong nasional. Selain itu juga harus ada proyeksi dan klasterisasi industri berbasis singkong. Salah satu negara yang cukup berhasil mengembangkan industri berbasis singkong adalah Thailand. Sekitar 95 % produk singkong negara tersebut diekspor sebagai bahan pakan ternak ke negera-negara di Eropa. Sisanya digunakan sebagai bahan makanan manusia. Sedangkan di Indonesia sekitar 60 % merupakan bahan pangan manusia dan 25 % lainnya digunakan untuk produksi tapioka.<br />Revitalisasi industri berbahan dasar singkong di negeri ini sebaikya dalam siklus 4F (Food-Feed-Fertilizer-Fuel). Revitalisasi tersebut dalam bentuk mengembangkan budidaya singkong dalam skala perkebunan yang luas. Kalau dilihat dari sisi potensi untuk pengembangan tanaman singkong di Indonesia, seharusnya tidak ada hambatan yang berarti. Bahkan produksi dan mutu singkong bisa ditingkatkan secara drastis sehingga bisa melebihi negara lain. Hal tersebut karena secara agronomi dan geografis sangat memungkinkan.<br />Sayangnya fakta dilapangan berbicara lain, produktivitas lahan singkong di negeri ini masih rendah karena terkendala kualitas bibit yang masih rendah, cara budidaya yang asal-asalan, dan kelembagaan usaha tani singkong yang belum terbentuk dengan baik. Usaha pertanian masih diusahakan dalam skala kecil, ekstensif, terpencar-pencar, dan tidak berorientasi subsistem. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap upaya penggerakan dan pengembangan industri berbasis singkong.<br />Dengan kondisi demikian, implementasi revitalisasi sebaiknya berorientasi pada petani dalam kelembagaan gabungan kelompok tani atau Gapoktan. Sehingga bisa mengubah petani dari yang semula produsen semata, lalu bertransformasi menjadi suplier dan sekaligus bisa menjadi farm gate system. Dimasa mendatang Gapoktan diharapkan bisa memiliki unit usaha kolektif skala besar yang meliputi produksi, pengolahan, pemasaran, hingga aspek pembiayaannya.<br />Penting pengaturan masa tanam dan panen agar suplai bahan baku ke industri tapioka dan bioetanol tersedia cukup secara kontinu. Dengan demikian, petani singkong akan lebih sejahtera dan bangsa ini mempunyai stok pangan yang andal serta solusi energi alternatif yang jitu.<br />Masalah impor tapioka yang mencapai ratusan ribu ton per tahun disebabkan karena selama ini kluster industri tapioka hanya berpusat di sebagian pulau Jawa dan Lampung. Itupun kondisinya sangat beragam dari skala usaha rumah tangga dengan peralatan sangat sederhana, dan kapasitas hanya puluhan kilogram sampai industri menengah dengan mesin yang cukup modern. Pasokan bahan baku singkong terhadap pabrik tapioka sering fluktuatif dengan mutu yang tidak seragam. Selain belum terjaminnya kesinambungan pasokan bahan baku singkong juga belum tertatanya zonasi pengembangan wilayah produk primer dengan kluster industri.<br /></span>Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-63217091526117174622014-10-25T05:12:00.000-07:002014-10-25T05:12:02.465-07:00Hari Pangan Sedunia dan Terobosan Pemerintahan Baru<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsvqr3i1B7dKkHBGdCA-fH4-HaTcRn7tGfIMmECwvWzgaBGKG3VsOAgZluq86tBG489A0TMbb3wzFCRq69fq_V811iUmYykEKXqqihHxHq2nkWRhwpLhBEBMZ2ZcI6CbPuraaMXiANP3qZ/s1600/hari+pangan+sedumia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsvqr3i1B7dKkHBGdCA-fH4-HaTcRn7tGfIMmECwvWzgaBGKG3VsOAgZluq86tBG489A0TMbb3wzFCRq69fq_V811iUmYykEKXqqihHxHq2nkWRhwpLhBEBMZ2ZcI6CbPuraaMXiANP3qZ/s1600/hari+pangan+sedumia.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
Tribun Jabar, 17 Oktober 2014<br />Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-44134462411285983582014-10-25T05:09:00.000-07:002014-10-25T05:09:05.167-07:00Budaya Mencegah Kebakaran<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Tribun Jabar, 15 September 2014 <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimLPKq4u3ZO8PLl1hPKw-tFdeAtZM1rccb735n0Dn3r_mBWEzctB-2dsDAGPeUKxMiZZVVYB0prGMVonaHH3cN0rAXAHLRQQmigJguWC-H19-idw2x2EY0YifzXClootmzNs0jsT0WENM-/s1600/mencegah+kebakaran.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimLPKq4u3ZO8PLl1hPKw-tFdeAtZM1rccb735n0Dn3r_mBWEzctB-2dsDAGPeUKxMiZZVVYB0prGMVonaHH3cN0rAXAHLRQQmigJguWC-H19-idw2x2EY0YifzXClootmzNs0jsT0WENM-/s1600/mencegah+kebakaran.jpg" height="320" width="240" /></a></div>
<br />
<div>
<br /></div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-53901411676650279462014-09-10T00:24:00.000-07:002014-09-10T00:26:42.146-07:00Resep Kemesraan Indonesia dengan Singapura<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17.9400005340576px; white-space: pre-wrap;">
<img height="480" src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpa1/v/t34.0-12/10660802_10203508345484122_219624927_n.jpg?oh=0265b43aca08aa779bdf7c934f667f65&oe=54127EC0&__gda__=1410519953_90d956ee32142dbd38e0ca0f3fe072a0" width="640" /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17.9400005340576px; white-space: pre-wrap;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17.9400005340576px; white-space: pre-wrap;">
INVESTOR DAILY : 6 September 2014</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17.9400005340576px; margin-top: 10px; white-space: pre-wrap;">
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima gelar kehormatan First Class Order of Temasek di Istana Kepresidenan, Singapura. Presiden SBY di depan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Presiden Tony Tan Keng Yam menyampaikan pidato penting usai mendapat gelar. Singapura dipandang sebagai salah satu mitra dagang yang sangat penting bagi Indonesia. Dirinya juga menyatakan bahwa gaya politik luar negeri Presiden terpilih Joko Widodo berkomitmen kuat untuk menjaga hubungan baik dengan negara tetangga.
Hubungan Indonesia dengan Singapura sering diwarnai dengan pasang surut. Mestinya tantangan globalisasi saat ini memacu sinergitas hubungan kedua negara, sehingga berbagai peluang dan potensi globalisasi bisa dipetik bersama. Reaksi negatif dan berlebihan beberapa waktu lalu oleh pemerintah Singapura terkait dengan penamaan KRI Usman Harun bisa dijadikan indikasi bahwa diwaktu mendatang kedua negara masih harus menemukan resep hubungan yang lebih baik.
Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Singapura sering terganggu dengan celotehan petinggi kedua negara. Antara lain celotehan Menteri senior Singapura Lee Kuan Yew yang waktu itu berceloteh bahwa Indonesia adalah sarang teroris. Lee gusar dan menuding ketidakmampuan Indonesia dalam memberantas terorisme. Menurutnya pemerintah Indonesia kewalahan karena tidak memiliki Internal Security Act ( ISA ).
Celotehan serupa juga pernah dilakukan oleh mantan Presiden BJ Habibie yang menyatakan bahwa Singapura adalah noktah atau titik kecil ditengah samudra biru. Celotehan Habibie tersebut menyadarkan kepada semua pihak bahwa kegiatan perekonomian Indonesia hendaknya jangan tergantung kepada Singapura. Habibie gusar karena berbagai aktivitas bisnis dan investasi di Indonesia banyak yang berkantor pusat di Singapura.
Implikasi terganggunya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Singapura adalah menguatnya sentimen ekonomi bagi rakyat Indonesia. Karena selama ini pihak Singapura telah menikmati begitu banyak keuntungan ekonomi, khusunya keuntungan dalam hal mendapatkan sumber daya alam (SDA) dari bumi Indonesia seperti gas alam, pasir laut, minyak dan lain sebagainya.
Mengalirnya gas alam lewat pipa raksasa dengan volume yang sangat besar dari wilayah Indonesia ke Singapura selama ini mengundang kecemburuan sosial bagi rakyat Indonesia dan kalangan industri yang sering mengalami kelangkaan gas. Sangat ironis jika melihat gas alam dari Pulau Sumatera mengalir deras ke Singapura melalui pipa besar.
Hingga kini gas alam yang mengalir ke Singapura dijual jauh lebih murah dari minyak dan tentu saja lebih bersih dan ramah lingkungan. Singapura menggunakan gas alam Indonesia untuk bahan bakar pembangkit listrik, industri, perhotelan dan untuk keperluan rumah tangga rakyat di Singapura. Ironisnya, selama bertahun-tahun rakyat Singapura menikmati gas alam Indonesia, dilain pihak rakyat Indonesia terpaksa memakai LPG atau elpiji yang harganya tiga kali lebih mahal dari gas alam dengan pipanisasi langsung ke Singapura. Gas alam itu hanya dijual 5 dollar AS / MMBTU ke negara tetangga. Berarti harga tersebut setara dengan seperempat dari harga BBM solar. Ironisme tersebut semakin mencuatkan rasa ketidak-adilan ketika kalangan industri di Indonesia sering kekurangan dan kesulitan mendapatkan pasokan gas.
Dalam berbagai kesempatan dan lain waktu, hubungan Indonesia dengan Singapura memiliki dinamikan tersendiri. Pasang surut hubungan kedua negara itu ditandai dengan munculnya politik “rindu dendam". Fenomena itu terlihat juga pada saat pemerintahan Habibie dan Gus Dur. Secara telanjang Habibie telah memperlihatkan sikap yang kurang cocok atau tidak senang terhadap Lee Kuan Yew. Sedang Gus Dur yang semula menjadikan Lee sebagai penasehatnya, tiba-tiba menuduh Singapura sangat egois hingga melecehkan bangsa Melayu.
Politik rindu dendam yang dipertontonkan oleh pejabat kedua negara terus berlangsung hingga saat ini. Pada saat prajurit KKO Usman dan Harun dihukum gantung oleh Pemerintah Singapura, waktu itu Presiden Soeharto sempat geram dan langsung menjadikan Usman dan Harus sebagai Pahlawan Nasional. Tetapi dalam perjalanan sejarah rezim orde baru, Soeharto lebih sering bersikap merindukan kehadiran petinggi Singapura. Bahkan hubungan pribadi Soeharto dengan Lee begitu dekat dan sering terlihat tanpa batas protokoler kenegaraan.
Pada akhir tahun kekuasaan SBY juga diwarnai dengan suasana rindu-dendam kedua belah pihak. Namun begitu, pantas dicatat bahwa secara pribadi SBY menempatkan Singapura sangat istimewa. Hal itu terlihat dengan aktivitas pendidikan anak SBY dan kegiatan bisnisnya yang berbasis di negeri singa itu. Pemerintahan SBY juga pernah merasa rindu sekali terhadap berbagai entitas negara kota itu. SBY begitu merindukan untuk berjualan masterplan pembangunan NAD ke Singapura setelah bencana tsunami.
Setelah Presiden Soeharto lengser, hubungan kedua negara sering diwarnai ketidak mesraan dan selalu diselimuti oleh sikap emosional. Begitupun, para politisi di Senayan semakin agresif menyerang peran negara kota Singapura yang dinilainya banyak merugikan kepentingan Indonesia. Namun begitu, bangsa Indonesia sebaiknya juga menjunjung tinggi rasionalitas dan kejujuran terkait posisi strategis Singapura. Meskipun wilayahnya kecil namun memiliki peran ekonomi regional yang cukup penting. Kita tidak bisa menutup mata bahwa sebagian besar aktivitas bisnis di Indonesia di kendalikan dari Singapura. Begitu pula basis investasi, perbankan dan pasar modal juga tidak jauh berbeda. Bahkan Singapura hingga kini merupakan surga pelarian bagi koruptor Indonesia.
Dimasa mendatang kedua pemerintahan sebaiknya mencari terobosan diplomasi disertai dengan mencari resep kemesraan untuk hubungan kedua negara. Kegiatan perekonomian Indonesia hendaknya tidak tergantung dengan Singapura. Namun demikian, posisi Singapura juga tidak bisa diabaikan. Karena mampu menggalang potensi ekonomi etnis Tionghoa perantauan yang memiliki solidaritas dan potensi yang besar.
Solidaritas dan potensi itu terlihat dari kiprah Tionghoa perantauan dalam menyelenggarakan Shijie Huashang Dahui atau Kovensi Wiraswasta Tionghoa sedunia. Konvensi pertama terjadi di Hotel Mandarin di pusat keramaian Orchard Road di Singapura pada 1991. Penyelenggaraan World Chinese Entrepreneurs Convention yang kedua pada tahun 1993. Konvensi internasional etnis Tionghoa perantauan kedua tersebut implementasinya agak istimewa, karena terbentuk wadah dan jaringan bisnis yang kokoh dan solidaritas etnis. Nan Yang Inc merupakan wadah para pengusaha keturunan Tionghoa di Asia Tenggara dan merupakan komponen World Chinesse Entrepreuners Convention ( WCEC ). Diperkirakan wadah diatas memiliki aset setara dengan tiga kali cadangan devisa seluruh negara ASEAN.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17.9400005340576px; margin-top: 10px; white-space: pre-wrap;">
*) Dosen STIA Bagasasi Bandung, Doktor Administrasi UPI.</div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-86249464155236686732014-08-31T19:18:00.003-07:002014-09-10T00:27:11.518-07:00Menkeu Prorakyat<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f7f7f7; color: #3e454c; font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 150%;">Pikiran Rakyat |30
Agustus 2014</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"><img src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpa1/v/t34.0-12/10660579_10203455862412078_669800016_n.jpg?oh=ba9276507416712d8159aad60ccee59c&oe=5412D953&__gda__=1410508290_c616b192e27c49aeb98431c1d0388179" /></span><br />
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Oleh : Harjoko
Sangganagara *)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"> Sosok Menteri Keuangan (Menkeu) bisa menjadi
gambaran publik seperti apa haluan ekonomi pemerintahan baru dibawah
kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Melihat kondisi APBN 2015, terbayang betapa
beban berat Menkeu baru sudah didepan mata. Publik berharap adanya revolusi
fiskal agar APBN dan kebijakan fiskal betul-betul bisa menjadi alat yang
efektif untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kewenangan luar biasa yang ada
ditangan Menkeu yang termaktub dalam undang-undang harus diakselerasi sehingga
bisa membawa kesejahteraan rakyat. Antara lain kewenangan yang terkait dengan
insentif fiskal. Apalagi jika nantinya ada kenaikan harga BBM bersubsidi,
beberapa sektor tentunya membutuhkan insentif yang tepat. Seperti insentif
terhadap usaha angkutan penumpang dan barang terkait dengan pengadaan suku
cadang, kredit usaha, pajak dan lain-lainnya. Karena tanpa insentif yang benar
sektor usaha tertentu akan terpuruk dan mati. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Revolusi fiskal
terkait dengan tiga aspek, yakni revolusi penerimaan negara, alokasi dan
efisiensi belanja secara ketat, serta manajemen pengelolaan APBN yang anti
bocor. Terkait dengan revolusi penerimaan negara, perlunya membongkar kebiasan
lama yang buruk terkait dengan tatakelola pajak. Pentingnya merancang ulang
pajak progresif pada kelompok berpendapatan atas. Dibutuhkan mekanisme yang
tegas terkait ketaatan bayar pajak dan penurunan kebocoran pajak harus dibuat
maksimal lewat perubahan fundamental sistem maupun teknologinya. Terutama untuk
mengatasi kebocoran pajak di sektor migas, pertambangan, impor dan barang
mewah. Revolusi fiskal juga harus mencegah alokasi belanja yang selama ini
habis untuk kepentingan birokrasi (belanja pegawai dan barang), juga untuk
sektor-sektor yang kurang terkait dengan hajat hidup rakyat luas. Dalam situasi
penyelenggaraan negara yang kurang efektif dan disana-sini masih terlihat boros
seperti sekarang ini, dibutuhkan sosok Menkeu yang pro-rakyat dan sekaligus mampu
menciptakan inteligensi keuangan negara. Pro-rakyat dalam arti memiliki mahzab
yang kuat dalam hal pembagian kue pembangunan yang berbasis keadilan sosial.
Hal itu tercermin dalam politik anggaran nasional dan daerah. Selama ini proses
penyusunan anggaran kurang menyerap aspirasi rakyat luas. Akibatnya, postur
anggaran belum menampakan harapan baru dari sisi kepentingan rakyat luas.
Bahkan mencuatkan berbagai kekawatiran sehubungan dengan lemahnya elemen
pengendalian dan pengawasan. Pentingnya menyehatkan politik anggaran di daerah
agar tidak terjadi ketimpangan dan kebocoran. Jika dilihat dari volumenya maka
kebanyakan APBD kurang signifikan dibandingkan dengan faktor demografi,
geografis serta pertumbuhan IPM. Para penguasa daerah cenderung memutuskan
belanja untuk sektor publik masih dibawah belanja birokrasi. Buruknya proses
dan kualitas penyusunan APBD merupakan indikasi bahwa kebijakan keuangan di
negeri ini belum pro-rakyat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Terkait dengan nilai
tukar rupiah Menkeu baru perlu mengadopsi pemikiran Herman Minsky seperti yang
tersirat dalam bukunya yang berjudul “Stabilizing the unstable economy”. Buku
tersebut bisa dijadikan referensi untuk menghadapi turbulensi perekonomian yang
mungkin akan mengguncang bangsa Indonesia lagi. Selama ini para akademisi dan
praktisi ekonomi mengenal istilah Minsky Moment untuk menggambarkan ekonomi
yang berada dalam kondisi turbulensi. Kini istilah tersebut menjadi relevan
kembali setelah sekian lama tertimbun oleh keangkuhan neoliberalisme. Selama
ini pasar telah berjalan di jalur bebas hambatan. Hampir semua rejim
pemerintahan di muka bumi ini menciptakan kondisi yang memungkinkan pasar
bekerja dengan sempurna, termasuk di antaranya membuat UU yang memuluskan
pergerakan barang, jasa, dan keuangan, pembentukan lembaga-lembaga pendukung,
serta mencegah segala rupa gangguan yang datang dari individu atau kelompok
terhadap bekerjanya mekanisme pasar tersebut. Intinya, dalam rejim neoliberal,
peran negara adalah tut wuri handayani, mendukung dari belakang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"> Namun, setelah sekian lama apa yang terjadi.
Ternyata daya dan upaya diatas justru mengakibatkan turbulensi yang tiada
henti-hentinya. Dengan kondisi diatas, banyak pihak yang merekomendasikan
inversi atau membalik situasi yang menyebabkan turbulensi tersebut. Yakni memberlakukan
kebijakan dimana sebaiknya pasar tidak lagi dilepas sebebas-bebasnya. Dibalik
rekomendasi tersebut, bekerja model analisis yang melihat krisis yang terjadi
selama ini bersifat siklikal yang bersandar pada teori siklus bisnis (bussines
cycle), yang populer disebut Minsky Moment. Teori siklus bisnis itu secara
sederhana dinyatakan adanya dua periode. Pada mulanya adalah periode optimisme
dalam pasar finansial, yang ditandai oleh tindakan agresif dan ekspansif dari
pemberi dan penerima pinjaman karena adanya peluang keuntungan besar di masa
depan yang bisa diraih segera. Akibatnya, dalam periode ini, kehati-hatian
dalam pasar diabaikan, praktek spekulasi sangat dominan sehingga menggiring
pada periode yang disebut “the death of business cylce”. Lalu muncul periode
yang pesimis, yang ditandai oleh hilangnya kepercayaan pada pelaku pasar yang
kemudian menyebabkan terjadinya krisis finansial. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Jika Keyness dikenal
dengan rekomendasi untuk mengedepankan kebijakan moneter dibandingkan dengan
stimulus fiskal. Dan kebijakan untuk melahirkan surplus budget ketika periode
pertumbuhan sehingga ada ruang pergerakan untuk membawa siklus bisnis ke
wilayah soft landing jika terjadi ketidak stabilan atau gangguan turbulensi.
Maka Minsky mengusulkan cara yang berbeda. Ia lebih menekankan pada bahaya yang
dihadapi oleh suatu bangsa yang mengalami turbulensi ekonomi, yakni apa yang
disebutnya dengan fenomena ketidak pastian aliran investasi yang dapat
mengganggu aliran dana segar atau cash flow pada saat terjadi turbulensi atau
gangguan perekonomian. Gangguan ini melahirkan apa yang disebutnya dengan tajuk
volatility of investment. Dalam bukunya Minsky menjelaskan mengapa ekonomi
suatu bangsa bisa rentan jika berhadapan dengan fluktuasi dan bagaimana mungkin
kita memiliki instrument untuk memagari perambatan fluktuasi yang terjadi.
Menurutnya proses yang menyebabkan financial fragility bersifat alamiah yang
inheren ada sebagai kekuatan tersembunyi yang bekerja dalam sistem ekonomi
suatu bangsa. Minsky lebih mengedepankan peranan inovasi dan daya
entrepreneurship untuk mengambil resiko sebagai faktor penggerak utama dari
siklus bisnis. Hanya dengan program inovasi yang tepat dan menularkan
entreprenuership kepada rakyat luas yang mampu mengatasi turbulensi ekonomi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"> Tantangan lain bagi Menkeu baru adalah
bagaimana mewujudkan inteligensi sistem keuangan negara. Sehingga ekosistem
keuangan negara bisa menjadi sistem cerdas yang bisa membantu secara baik
proses pembangunan. Beberapa rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyatakan
bahwa penyerapan anggaran khususnya pada akhir tahun selalu bermasalah dan
penuh resiko merupakan penyakit lama yang perlu dituntaskan Menkeu baru.
Banyaknya temuan yang menyatakan bahwa penyerapan anggaran sering tidak sesuai
dengan ketentuan harus dielaborasi secara detail. Begitu juga dengan perilaku
penyerapan anggaran belanja yang menumpuk pada akhir tahun, yang notabene
merupakan kesempatan empuk bagi koruptor harus dicegah secara sistemik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"> *) Dosen STIA Bagasasi Bandung.</span><o:p></o:p></div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-41275447806862456712014-08-31T19:17:00.000-07:002014-09-10T00:29:41.210-07:00Industri Batik dan Ancaman Produk Impor<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Kontan Harian Bisnis dan Investasi | Selasa 19 Agustus
2014<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"><img src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpf1/v/t34.0-12/10602673_10203363980555089_71656580_n.jpg?oh=11089e2d6f47bd8ec56e4f64e0b8711b&oe=54127C4B&__gda__=1410510235_8ca4031cbd76bd7f307667a8476b8ee7" /></span><br />
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Oleh : Harjoko
Sangganagara *)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"> Hari raya keagamaan merupakan peluang emas
bagi industri atau pengrajin batik dan produk turunannya. Selama bulan Ramadan
hingga Hari Raya Idul Fitri permintaan produk batik meningkat pesat. Sayangnya,
momentum ini terancam dan tergerus oleh serbuan batik impor yang jauh hari
sudah menduduki pasar domestik. Pentingnya insentif bagi pengrajin batik,
terutama batik tulis di sentra kerajinan batik yang ada di negeri ini. Agar
entitas tersebut bisa meningkatkan produknya untuk menambah stok guna
menghadapi lebaran 2014. Apalagi pada saat itu banyak wisatawan nusantara yang
berkunjung ke sentra kerajinan batik tulis. Para perajin saat memasuki bulan
puasa sudah mulai meningkatkan produksinya untuk kepentingan stok menghadapi
kunjungan wisatawan lebaran tahun ini. Namun begitu, volumenya kurang memadai
bila dibandingkan dengan volume batik impor. Kondisinya semakin memprihatinkan
karena volume produk batik selundupan dari luar negeri juga cukup signifikan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Data yang dilansir
Badan Pusat Statisik (BPS ) menyebutkan bahwa setiap tahunnya impor batik cap
mencapai 677,4 ton senilai 23,3 juta dolar AS. Dan kain tenun yang dicetak
dengan proses batik berjumlah 199,2 ton, senilai 1,8 juta dolar AS. Volume
impor yang cukup besar itu juga disertai dengan harga yang lebih murah
dibanding batik lokal. Kondisi tersebut jelas menggerus keuntungan usaha dan
mengancam usaha batik lokal. Pemerintah hendaknya jangan terlena dan menghibur
diri dengan asumsi bahwa batik Tiongkok bukanlah batik, melainkan kain bermotif
batik. Asumsi itu bisa berakibat fatal. Pasalnya selain harganya murah, batik
Tiongkok juga memiliki bermacam motif yang menarik dan desainnya terus
berkembang. Tak pelak lagi, batik Tiongkok telah menguasai sekitar 30 % pangsa
pasar domestik. Dan diprediksi akan terus meningkat dari waktu ke waktu.
Ironisnya, pemerintah belum melakukan langkah yang berarti menghadapi kondisi
diatas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"> Pentingnya pragmatisasi sistem usaha dan
produksi batik lokal lewat berbagai inovasi dan perbaikan proses kreatif.
Bangsa Indonesia kurang bisa mempertahankan momentum tahun keemasan produk
batik Indonesia pada 2009. Saat United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organization atau UNESCO mendeklarasikan Batik Indonesia sebagai
warisan budaya dunia. Momentum tersebut juga kurang berhasil dimanfaatkan untuk
meningkatkan harkat hidup para pengrajin dan buruh batik tradisional. Mestinya,
selain menjadi warisan budaya yang termashur batik juga harus bisa menjadi
leverage ekonomi kerakyatan. Apalagi banyak daerah yang mulai mengembangkan
industri batik dengan motif khas daerahnya. Dari aspek budaya, hukum, ilmu
pengetahuan dan teknologi batik adalah asli Indonesia . Teknologi pembuatan batik
di Indonesia pada prinsipnya berdasarkan resist dyes technique atau teknik
celup rintang. Untuk membuat motif batik umumnya dilakukan dengan cara tulis
tangan dengan canting tulis (batik tulis atau batik painting), menggunakan cap
dari tembaga disebut (batik cap), dengan jalan dibuat motif pada mesin printing
(batik printing), dengan cara dibordir disebut batik bordir, serta dibuat
dengan kombinasi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Dimasa mendatang
perlunya eksplorasi motif-motif unik untuk meningkatkan daya saing global.
Motif unik itu bisa mengambil bentuk-bentuk bangunan bersejarah, flora, fauna
dan keindahan alam di Indonesia . Pemerintah dan pengusaha batik seringkali
kurang menghargai para pembatiknya. Status pembatik belum dikategorikan sebagai
profesi formal ataupun seniman. Mereka adalah pekerja informal yang mudah
dicampakkan karena tidak tersentuh peraturan ketenagakerjaan. Masih banyak
diantara mereka yang upahnya masih dibawah UMR. Upah atau imbalan buruh
industri batik masih dibawah buruh industri TPT. Timpangnya besaran upah karena
sistem kerja dan sistem pengupahan yang berdasarkan borongan. Selama ini
jaringan bisnis perajin batik merupakan jaringan tradisional yang sangat
rentan. Jaringan itu mulai pengadaan bahan baku hingga pemasaran. Sampai saat
ini masih jarang lembaga sejenis koperasi yang dapat membantu perajin batik
mengatasi masalah penyediaan bahan baku dan bahan pendukung serta mekanisme
pemasaran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;"> Pemerintah pusat dan daerah mestinya
memberikan insentif berupa bantuan konkrit kepada industri batik tradisional.
Bantuan itu antara lain memberikan pelatihan yang berkaitan desain produk.
Memberikan perlindungan hak paten pada motif batik khas daerah. Membantu
penerapan standardisasi mutu produk melalui pelatihan Standar Nasional
Indonesia (SNI). Pemerintah juga harus ikut berperan memperluas pemasaran yaitu
melalui terobosan pasar dan pameran lokal dan internasional. Industri batik
tradisional merupakan usaha home industry yang mengandung nilai ketahanan
budaya yang strategis dilihat dari sudut integrasi antar etnis. Masalah serius
yang menghadang industri batik tradisional antara lain adalah yang menyangkut
desain produk yang monoton alias kurang kreatif. Demikian juga dalam penggunaan
bahan baku dan pewarna belum banyak variasi. Kurangnya kreativitas yang stagnasi
produk disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor usia pengusaha yang
relatif sudah tua, faktor minimnya pengetahuan tentang disain, dan takut rugi
bila membuat produk kreasi baru. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">Pemerintah harus
mampu mendorong dan menyegarkan motif dan selera estetik para pengrajin batik
tradisional. Juga Memperkenalkan tenik pengerjaan yang lebih efisien dan
efektif serta penggunaan alat bantu produksi yang mampu meminimalisir cacat
produksi. Pentingnya meningkatkan diversifikasi produk batik dalam berbagai fungsi
sehingga tidak monoton sambil mempertimbangkan kebutuhan pasar. Salah satu cara
yang dapat ditempuh adalah bekerja sama dengan pengrajin bordir, pengrajin tas
dompet kulit, pengrajin kayu, dan lain-lain. Untuk memanfaatkan sisa kain
sebagai bahan pendukung pembuatan souvenir yang memiliki ciri khas daerah
maupun membatik dengan medium non kain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">*) Budayawan, Dosen
STIA Bagasasi Bandung</span></div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-33159567683060864792014-08-19T07:53:00.002-07:002014-09-10T00:32:11.775-07:00Kemerdekaan dan Kabinet Power of Glance - Jokowi<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class=""> Daily Investor | 16 Agustus 2014</span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class=""><br /></span></span>
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class=""><br /></span></span>
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class=""><img alt="Jokowi: Menteri di kabinet saya harus lepas dari parpol. Karikatur Investor Daily 11 Agustus 2014" src="http://www.investor.co.id/media/images/medium2/20140811151333921.jpg" /></span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class=""><br /></span></span>
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class="">Tema Peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69, tanggal 17
Agustus 2014 adalah tentang suksesi kepemimpinan nasional hasil Pemilu
2014. Tema tersebut menyambut Presiden terpilih Joko Widodo yang akan
mengendalikan pemerintahan lima tahun kedepan. Tak kurang dari Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono juga akan menyampaikan pidato kenegaraan yang
terakhir dengan konten yang istimewa. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class="">Terkait dengan suksesi
kepemimpinan nasional yang diharapkan bisa mulus dan bisa langsung
tangkas melanjutkan program-program pembangunan yang telah dilakukan
selama pemerintahannya.
Tak bisa dimungkiri, bahwa suksesi kepemimpinan nasional
selalu diwarnai oleh masalah klasik, yakni terjadinya kasak-kusuk
pemilihan kabinet dan masalah berat membenahi kondisi birokrasi pusat
dan daerah. Mestinya semua pihak memberi apresiasi kepada presiden
terpilih dalam menyusun kabinetnya. Apalagi. pada saat ini jabatan
menteri bisa dianalogikan dengan kursi panas. Karena seribu satu masalah
langsung menghadang begitu sang menteri dilantik. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class="">Pemerintahan Jokowi-JK membutuhkan sosok menteri yang
memiliki karakter blink factor dalam mengelola portofolionya. Tidak
peduli sosok menteri itu berlatar belakang partai politik, kalangan
professional, akademisi, bahkan dari kalangan jurnalis sekalipun.
Semuanya dituntut memiliki karakter diatas. Blink factor menggambarkan
sosok yang pandai mengambil keputusan yang tepat dan cepat. Publik
berharap agar Presiden terpilih Joko Widodo membentuk kabinet kerja.
Yakni kerja detail untuk rakyat dan tidak menduakan tugasnya dengan
urusan partai politik atau organisasi lainnya. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class="">Banyaknya persoalan krusial yang menyangkut portofolionya
hanya bisa diselesaikan oleh sosok menteri yang memiliki power of
glance, yakni kemampuan melihat dan memahami secara detail medan
penugasannya. Serta mampu membuat keputusan sekejap atau snap judgment
dan pemahaman yang cepat atau rapid cognition terhadap persoalan bangsa
yang aktual dan mendesak dalam situasi yang serba sulit dan sumber daya
yang sangat terbatas. Jika semua sosok menteri yang membantu </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class="">Pemerintahan Jokowi-JK memiliki kemampuan diatas, maka bisa disebut
Kabinet Power of Glance.
Gaya kepemimpinan Presiden terpilih Joko Widodo yang
merakyat dan menekankan aspek gerak cepat membutuhkan menteri dan postur
birokrasi dibawahnya yang andal dan suka melayani. Sayangnya, kondisi
postur birokrasi saat ini tampak kedodoran menghadapi gaya kepemimpinan
diatas. Pentingnya treatmen revolusi mental bagi birokrasi yang
didahului dengan cara menerapkan reward dan punishment secara tegas dan
ketat. Birokrasi yang notabene adalah Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) itu
juga harus dihadapkan sangsi yang keras dan tanpa pandang bulu jika
kinerjanya buruk. Dengan demikian tindakan mutasi hingga sanksi
pemecatan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) sangat dimungkinkan bagi
birokrasi. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class="">Moralitas dan kejiwaan para birokrasi pusat dan daerah harus segera
dibenahi. Searah dengan tren global bahwa korporasi dan birokrasi harus
memiliki tingkatan eupsychian management. Istilah eupsychian berasal
dari akar kata “eu” yang berarti baik dan “psyche” yang berarti jiwa.
Eupsychian management menjadikan pemerintahan dan korporasi bisa survive
ditengah krisis dan semakin kompetitif dalam persaingan global.
Dari sudut etos kerja dan situasi bangsa Indonesia yang
masih terpuruk dalam berbagai bidang sekarang ini, mestinya birokrasi
lebih bekerja keras dengan waktu kerja yang ketat. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class=""> Pemerintah
Jokowi-JK jangan lagi memanjakan birokrasi dengan seringnya memberi hari
libur. Seharusnya pemerintah mengoptimalkan beban kerja PNS serta
memperpanjang jam kerja dengan merevisi Keppres No 68 Tahun 1995. Jam
kerja PNS yang cuma 37,5 jam per minggu adalah paling rendah di Asia
Tenggara. Apalagi, dengan pengawasan yang amat buruk jelas tidak mungkin
bisa menyelenggarakan roda pemerintahan secara efektif. Idealnya jam
kerja PNS di Indonesia minimal 45 jam per minggu dengan deskripsi beban
kerja yang lebih jelas dan terukur.
Kajian domain psikologi menyatakan bahwa birokrat di Indonesia
kebanyakan tidak bisa mencintai pekerjaanya setulus hati alias memiliki
integritas yang rendah. Mereka sehari-harinya terkena sindrom "5-ng"
yakni ngeluh, ngedumel, ngegosip, ngomel, dan ngeyel. Masih relevan
tesis dari M.A.W Brouwer penulis buku “Indonesia Negara Pegawai”. Yang
intinya menyatakan bahwa masih banyak PNS pemalas, tidak inovatif, gila
hormat, konsumtif, sering melakukan pungli, dan suka korupsi. Tesis
Brouwer diperkuat oleh Fernando De Soto seperti dalam bukunya “The
Mystery of The Capital” yang secara gamblang menyingkap mental
birokrasi dunia ketiga yang pemalas, pemeras, dan suka korupsi. Hal itu
menjadi kendala utama pembangunan di dunia ketiga. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class=""> Para birokrat atau PNS sebaiknya menyadari bahwa esensi kepemimpinan
Jokowi-JK pada hakekatnya adalah new deal atau tawaran baru yang lebih
konkrit, realistis dan egaliter kepada rakyat. New deal itu bukanlah
slogan atau janji politik biasa. Tetapi merupakan revolusi mental dengan
mengedepankan langkah terobosan yang cerdas dan progresif guna
mengatasi krisis. Dan secara terus menerus dikomunikasikan dengan
segenap rakyat. Sistem komunikasi tersebut akan dilengkapi dengan
perangkat e-Blus atau sistem informasi blusukan berbasis internet yang
akan dikelola oleh kantor kepresidenan. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class="">Begitu menduduki kursi kepresidenan RI, Joko Widodo akan
langsung menghadapi dampak turbulensi perekonomian global yang masih
terasa dampaknya hingga saat ini. Turbulensi tersebut telah
memorakporandakan teori-teori di bidang ekonomi keuangan. Ada buku
menarik berjudul “Stabilizing the unstable economy” karya Herman P
Minsky yang bisa dijadikan referensi untuk menghadapi turbulensi
perekonomian. Selama ini para akademisi dan praktisi ekonomi mengenal
istilah Minsky Moment untuk menggambarkan ekonomi yang berada dalam
kondisi turbulensi. Kini istilah tersebut menjadi relevan kembali
setelah sekian lama tertimbun oleh keangkuhan neoliberalisme. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class=""> Selama ini pasar telah berjalan di jalur bebas hambatan. Hampir semua
rejim pemerintahan di muka bumi ini menciptakan kondisi yang
memungkinkan pasar bekerja dengan sempurna, termasuk di antaranya
membuat undang-undang yang memuluskan pergerakan barang, jasa, dan
keuangan, pembentukan lembaga-lembaga pendukung, serta mencegah segala
rupa gangguan yang datang dari individu atau kelompok terhadap
bekerjanya mekanisme pasar tersebut. Intinya, dalam rejim neoliberal,
peran negara adalah tut wuri handayani alias mendorong dari belakang.
Setelah sekian lama, apa yang terjadi ? ternyata daya dan upaya diatas
justru mengakibatkan turbulensi yang tiada henti. </span></span><br />
<span class="_5yl5" data-reactid=".1u.$mid=11407830498943=2a506f346060574f286.2:0.0.0.0.0"><span class="">Dengan kondisi diatas,
ada pemikiran yang merekomendasikan inversi atau membalik situasi yang
menyebabkan turbulensi tersebut. Yakni memberlakukan kebijakan dimana
sebaiknya pasar tidak lagi dilepas sebebas-bebasnya. </span></span>Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-76726227439049714752014-08-05T19:39:00.001-07:002014-09-10T00:56:48.550-07:00Skema Pembiayaan Mahasiswa<!--[if !mso]>
<style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves>false</w:TrackMoves>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
line-height:150%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: left;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2315930579729905800" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Koran Jakarta |Gagasan</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> | Rabu, 06 Agustus 2014
02:20:24</span></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: left;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Skema Pembiayaan Mahasiswa</span></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: left;">
<br />
<br />
</div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pemerintah meluncurkan program beasiswa jenjang pascasarjana
ke luar negeri, The Indonesian Presidential Scholarship (IPS). Mestinya program
ini diperluas agar semakin banyak mahasiswa Indonesia yang dapat melanjutkan
kuliah di luar negeri. Banyak mahasiswa kesulitan biaya kuliah, sementara
beasiswa seperti Bidikmisi masih terbatas. Maka, perlu dikenalkan skema kredit
mahasiswa yang bisa diakses secara mudah. Bank dapat bekerja sama dengan
perguruan tinggi (PT) agar merekomendasikan mahasiswa yang pantas menerima
kredit.<br />
<br />
Program beasiswa IPS dibuka untuk umum. Saat ini sudah mencapai seleksi
gelombang kedua. Program ini memberi beasiswa pendidikan untuk studi strata dua
(S2) dan S3 di 50 universitas terkemuka di luar negeri. Program beasiswa
dirancang untuk menyiapkan pemimpin masa depan, baik pemerintahan maupun
korporasi, yang autentik dan mumpuni dari berbagai latar belakang disiplin
ilmu.<br />
<br />
Program pemberian kredit mahasiswa saat ini sangat relevan yang tidak sekadar
untuk membayar biaya kuliah, tetapi juga buat star up atau memulai kegiatan
usaha sesuai dengan kompetensi dan bakat. Tak bisa dimungkiri, biaya kuliah
banyak memberatkan orang tua. Kredit mahasiswa akan membantu buat biaya kuliah,
masuk perguruan tinggi, SPP semester, dan hidup sehari-hari mahasiswa. Kelak
setelah berpenghasilan mahasiswa akan melunasi kredit tersebut. Perlu juga
skema kredit untuk mencetak young entrepreneurs atau pengusaha muda agar para
mahasiswa dapat memulai usaha.<br />
<br />
Kredit mahasiswa di negeri ini memiliki arti yang strategis karena akan
membentuk sejak dini lapisan entrepreneur yang mampu berbisnis secara sehat.
Bank sentral Amerika Serikat juga mengalokasikan dana hingga 300 miliar dollar
AS kepada pemegang surat berharga yang ditopang berbagai jenis pinjaman,
termasuk kredit mahasiswa. Kebijakan bank sentral tersebut telah membantu para
mahasiswa sehingga bisa menyelesaikan kuliah dengan baik lalu menjadi pengusaha
tangguh.<br />
<br />
Skema pembiayaan pendidikan dengan cara komersial, termasuk peluang PT
untuk menerbitkan surat obligasi guna menutup biaya operasional, pengembangan
infrastruktur, hingga beasiswa, dan skema kredit mahasiswa telah menjadi agenda
penting negara maju. Bahkan, publik Amerika Serikat menilai risiko obligasi
terbitan PT terbilang kecil. Sukses PT Amerika dalam meraup dana obligasi
diperlihatkan Princeton University, Cornell University, University of Notre
Dame, dan lain-lainnya. Princeton telah sukses melepas obligasi senilai 1
miliar dollar AS.<br />
<br />
Di Indonesia sudah banyak usulan bahwa ijazah yang berhasil diraih mahasiswa
mestinya bisa menjadi jaminan mendapat Kredit Usaha Rakyat. Namun, mekanismenya
masih belum berjalan secara baik. Kalaupun ada, jumlahnya sangat sedikit dan
pelaksanaannya masih angin-anginan.<br />
<br />
Perbankan nasional juga belum serius dalam mengucurkan pinjaman untuk
pembayaran uang kuliah per semester. Ada bank yang telah mencoba menyalurkan,
tapi sayang waktunya sangat mepet, prosedurnya bertele-tele, serta belum
sinkron dengan kalender akademis.<br />
<br />
<br />
<br />
Setiap tahun pengangguran intelektual Indonesia meningkat 20 persen.
Masalah itu diperparah lagi mereka tidak memiliki soft skill atau keterampilan
di luar kompetensi utama para sarjana. Indonesia setiap tahun mencetak sekitar
300 ribu sarjana dari 2.900 PT negeri dan swasta. Ironisnya, pemerintah belum
memiliki program tepat guna untuk mengatasi kondisi tersebut.<br />
<br />
Pakar ekonomi, David Mike Dallen, menyatakan suatu negara akan menjadi makmur
bila jumlah pengusaha mencapai sedikitnya 2 persen dari jumlah penduduk. Dalam
konteks tersebut, lulusan PT sebetulnya merupakan segmen ideal untuk diarahkan menjadi
pengusaha.<br />
<br />
Sebagai gambaran, jumlah pengusaha Singapura telah mencapai 7,2 persen,
sedangkan Indonesia, menurut hasil riset pada 2010, baru mencapai 0,19 persen.
Dengan demikian, untuk mencapai negara makmur, perlu meningkatkan sepuluh kali
lipat atau mencetak sekitar 5 juta pengusaha lagi.<br />
<br />
Amerika<br />
<br />
Pemerintah semestinya bertindak cepat mengatasi pengangguran intelektual agar
tidak memperburuk daya saing bangsa. Diperlukan kerja sama antara PT, lembaga
keuangan, dan pengusaha untuk mengembangkan semacam young entrepreneurs society
di setiap PT. Pada saat ini berlaku prinsip ekonomi berbasis pengetahuan
(knowledge economy) dan sebuah masyarakat berpengetahuan (knowledge society).<br />
<br />
Dalam konteks ini ekonomi pengetahuan bertumbuh karena adanya kreativitas dan
kemampuan mencipta yang memungkinkan pemecahan masalah secara praktis. Apalagi
tren teknologi informasi dan komunikasi diwarnai dengan optimasi penggunaan
teknologi cloud computing. Teknologi tersebut secara optimal dapat menumbuhkan
digitalpreneur di daerah-daerah.<br />
<br />
Berbagai produk dan jasa yang dihasilkan daerah bisa dipasarkan secara global
secara murah dan efektif. Selain itu, manfaat pasti teknologi cloud computing
bagi entitas industri daerah sebagai Enterprise Application Integration (EAI) framework
dengan kemampuan mengelaborasi integrasi aplikasi pada industri proses.<br />
<br />
Di Amerika Serikat, hampir seluruh PT memunyai suatu program khusus dalam
mempelajari bidang kewirausahaan sehingga melahirkan pengusaha muda andal. Pada
prinsipnya, program khusus tersebut mengidentifikasi dan mempersiapkan civitas
akademika sebagai calon entrepreneur. Mereka juga mempersiapkan pembuatan
business plan untuk usaha baru dan perilaku pengambilan risiko.<br />
<br />
Menurut data statistik, 30 persen wirausaha Amerika Serikat berusia sekitar 30
tahun. Mereka dikategorikan sebagai kaum muda. Jadi, sesungguhnya peran PT
sangat siginifikan untuk mengarahkan mahasiswa menjadi wirausahawan. Pendidikan
wirausaha di Amerika mulai dikenalkan tahun 1960-an.<br />
<br />
Pada era ekonomi kreatif sekarang ini langkah tepat untuk mendorong
kelahiran pengusaha muda atara lain dengan memperbanyak workshop usaha dan
ruang kreativitas di sekitar kampus. Ini akan memperbaiki daya inovasi para
mahasiswa, yang pada gilirannya akan melahirkan jenis-jenis usaha baru.
Workshop memiliki nilai lebih strategis bila dikaitkan dengan produk lokal yang
tengah ditingkatkan standarnya. <br />
<br />
Metode pendidikan wirausaha sangat bervariasi dan tidak mudah dibakukan karena
menyangkut aspek kreativitas sehingga tidak ada satu metode yang cocok untuk
semua. Namun demikian, pendidikan wirausaha PT sebaiknya dilaksanakan secara
terintegrasi dengan bidang studi bersangkutan. Entrepreneurship sebagai
instrumen pendidikan hendaknya direncanakan secara berbeda, tergantung pada
tujuan dan kompetensi mahasiswa.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: left;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br />
</span><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dr H Harjoko Sangganagara MPd</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: left;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Penulis mengajar di STIA Bagasasi, Bandung</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: left;">
<span class="textexposedshow"><a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.koran-jakarta.com%2F%3F17494-skema%2Bpembiayaan%2Bmahasiswa&h=SAQFG9y7X&enc=AZN_Xx0ufZDgtvjyk6ysJf0Qp44PQtkSpAqHcU_TpH3tERZSd6Y1OYoPdhYBIAtrnijqIs9W-VkFoyC27dwQw-RFuMPqlC5swk_MylIeRVC5xtzFsoLbAv9xJD30K8EfZjcYhwMKbbHAyuy5_lC6egQ9&s=1" target="_blank">http://www.koran-jakarta.com/<wbr></wbr>?17494-skema+pembiayaan+mahasis<wbr></wbr>wa</a></span><br />
<span class="textexposedshow">Koran Jakarta - Skema Pembiayaan Mahasiswa</span><br />
<span class="textexposedshow"><a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.koran-jakarta.com%2F&h=yAQHETMd6&enc=AZPagvSSrh-w5Ny4uzdIAwcgdpmsMlpISr0S_rPlPPntKujk49ZWNfBXPQWQBOtNovUKeIuARLbSz6zfc9CIYKXSx2QVJ3um4S5_2bJQ7FLciZBKyes33DHf2DjwshGYELpYYguzTfNeKvyysA6ZcpRV&s=1" target="_blank">www.koran-jakarta.com</a></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-31273065633519381082014-04-11T09:14:00.001-07:002014-08-31T19:20:12.632-07:00Reinventing GBHN<div class="MsoNormal" style="background-color: #f7f7f7; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 3.75pt;">
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-line-height-alt: 12.0pt;">
<span style="color: grey; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Daily Investor | Kamis, 20 Februari 2014 | 2:46</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfRGOwFbcce-oA-0gme9bzKH2v6HcsududDGXZksV-qrU271w3kgXz0VWVHObYqqkyBBkIFxfpn5HZjXAj0ZliIR-HBG9rNllNs0dUIblmEL1Xli7ty0z3EInyVGlhQPQEJwNGvwZguxQV/s1600/reinventing+gbhn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfRGOwFbcce-oA-0gme9bzKH2v6HcsududDGXZksV-qrU271w3kgXz0VWVHObYqqkyBBkIFxfpn5HZjXAj0ZliIR-HBG9rNllNs0dUIblmEL1Xli7ty0z3EInyVGlhQPQEJwNGvwZguxQV/s1600/reinventing+gbhn.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sejumlah kalangan Merekomendasikan agar Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) dihidupkan kembali. Namun begitu, GBHN yang akan dihidupkan atau
dirumuskan tersebut harus sesuai dengan semangat zaman.<br />
<br />
Pada era globalisasi sekarang ini, GBHN jangan lagi menjadi dokumen yang
bombastis dalam merumuskan realitas dan meneropong masa depan bangsa. Haluan
negara sebaiknya mengandung semangat yang analoginya bisa berpacu dalam konteks
persaingan global.<br />
<br />
Dalam beberapa waktu belakangan ini, wacana untuk reinventing GBHN menguat di
kalangan MPR dan entitas perguruan tinggi ser ta para politikus. Ketiadaan GBHN
diakui telah menyebabkan semacam proses simplifikasi dan pendangkalan dalam
menghadapi problem bangsa yang sebenarnya spektrumnya sangat besar. Mestinya
nasib bangsa yang wilayahnya sangat luas ini jangan hanya diserahkan pada visi
dan misi calon presiden yang disampaikan pada masa kampanye pemilu.<br />
<br />
Begitu pula langkah menghidupkan kembali GBHN sebaiknya tidak sekadar menyusun
naskah atau dokumen pembangunan, tetapi juga termasuk menyusun metode untuk
mewujudkan kekuasaan atau pemerintahan yang efektif dan bersih. Karena rumusan
GBHN sebagus apa pun, akan percuma jika sistem kekuasaan yang tidak efektif.</span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br />
<br />
Selama ini masyarakat berpendapat bahwa problematika bangsa bukan pada membuat
dokumen pembangunan, tapi bagaimana mewujudkan perilaku kekuasaan yang jujur,
bersih dan konsisten dengan dokumen-dokumen yang telah dibuat serta perlunya
sinergi yang baik diantara penyelenggara negara.<br />
<br />
</span><b><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pepesan Kosong RPJM</span></b><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br />
Sebelum menghidupkan kembali GBHN ada baiknya kita mengevaluasi dan mencari
faktor penyebab kegagalan atau kemandulan sistem yang ada selama ini, yakni
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Evaluasi tersebut juga termasuk
eksistensi Perda Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Jangka
Menengah Daerah. Selama ini, rakyat menilai RPJMD dan RPJPD seperti pepesan
kosong, kurang realistis, bahkan bombastis.<br />
<br />
Jika GBHN dihidupkan kembali, maka dokumen itu harus memilki faktor pemacu
kecepatan sehingga bisa menyamai lajunya gazela (sejenis binatang kijang) dan
faktor keteguhan layaknya seekor singa. Dokumen GBHN tidak boleh ada lagi
kalimat klise yang meninabobokan rakyat seperti era kekuasaan Orde Baru yang
lalu. Fakta kini menunjukkan bahwa persaingan usaha semakin sengit dan dalam
tempo yang sangat cepat. Kondisi persaingan di era globalisasi bisa dianalogikan
bahwa kita sedang berlomba lari dengan gazela.<br />
<br />
Tantangan mencari devisa juga sangat berat karena kita harus berhadapan dengan
“singa” yang sedang beraksi di lapangan ekonomi. Faktor gazela dan singa juga
merupakan filosofi dari dromokrasi yang berarti sistem pemerintahan di mana
kekuasaan tertinggi sebenarnya terletak pada faktor kecepatan.<br />
<br />
Istilah dromokrasi berasal dari kata</span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> <i>dromo </i></span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">– dalam bahasa Latin
berarti berpacu atau cepat – serta kata kratos yang berarti pemerintahan. Pada
era globalisasi, kecepatan menjadi tuntutan utama terhadap pemerintahan. Jika
kita cermati ada sederet kelemahan yang mendasar dalam Perda RPJPD dan RPJMD
yang dibuat oleh hampir semua pemerintah daerah dan lembaga legislatif.<br />
<br />
Lihat saja isi Perda RPJPD dan RPJMD yang belum menekankan secara tegas
pentingnya faktor kecepatan. Milestones pembangunan belum tampak secara
sistematik. Hal itu disebabkan oleh belum adanya dukungan</span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> <i>expert systems </i></span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">sebagai alat yang andal untuk menyusun
rencana pembangunan, membuat keputusan, dan mengendalikan pembangunan. Sebagai
catatan, expert systems yang banyak dipakai negara-negara maju biasanya dibuat
atas kerangka kerja fakta dan jawaban terhadap situasi yang sudah dianalisasis
secara valid dan terstandarisasi.<br />
<br />
Eksistensi UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional menyatakan bahwa dalam Perda RPJPD harus tertuang rumusan visi untuk
merancang masa depan pembangunan daerah. Namun, rumusan RPJPD kebanyakan hanya
berisi kompilasi data-data yang sumir dan tidak aspiratif. Padahal, RPJPD
merupakan dokumen perencanaan yang mengandung unsur kebijakan publik.<br />
<br />
Selanjutnya, sebuah kebijakan publik tidak hanya menjadi barang pajangan tetapi
harus diimplementasikan. Arti lebih lanjut dari hal di atas adalah bahwa RPJPD
harus mempunyai keterkaitan nyata atau tangible dengan dokumen RPJMD.
Setidaknya harus ada indikator dan korelasi positif terhadap sasaran lima
tahunan. Kekuatan RPJPD sebagai satu dokumen perencanaan akan terwujud jika ada
kejelasan mengenai faktor-faktor yang akan dikembangkan sebagai pendukung
pencapaian visi dalam kurun 20 tahun ke depan yang terdistribusi bebannya
secara baik dalam lima tahunan.<br />
<br />
</span><b><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kreativitas dan Inovasi </span></b><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br />
Menurut Profesor Thurow dari Massachusets Institute of Technology (MIT), ada
dua hal yang menjadi kunci untuk pembangunan masa depan. Keduanya memberikan
gambaran langsung tentang tantangan yang akan membentuk masa depan. Kunci
pertama adalah semakin berkurangnya arti dan peran sumber daya alam (SDA) dan
buruh berupah murah sebagai modal dasar pembangunan. Kunci kedua yakni semakin
meningkatnya peran dari kreativitas dan daya inovasi warga bangsa sebagai
faktor utama dalam menentukan kemajuan bangsa. Di sisi lain, isi RPJPD
kebanyakan justru menempatkan sumber daya alam dan melimpahnya buruh sebagai
modal dasar pembangunan daerah.</span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br />
<br />
Mestinya RPJPD juga memberikan perhatian terhadap pertumbuhan lapangan kerja
dengan cara mendorong sektor pertanian multiaktivitas. Sayangnya, sektor
pertanian multiaktivitas belum terdefinisi secara jelas, masih bersifat amorfik
atau bentuknya masih berubah-ubah. Itulah yang membuat produksi dan pengadaan
pangan rakyat menjadi masalah yang tak pernah dituntaskan seperti sekarang ini.<br />
<br />
Dalam hal ketenagakerjaan, RPJPD harus mampu mentransformasikan profesi atau
jenis pekerjaan rakyat yang tidak lagi memiliki prospek masa depan. Pada saat
bersamaan perlulah mengambil langkah reinventing atau menemukan kembali masa
depan industri budaya atau industri kreatif dengan langkahlangkah yang lebih
progresif dan sistemik. Sebagai catatan, hingga kini lapangan pekerjaan utama
rakyat masih didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan, disusul sektor
industri dan jasa.</span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br />
<br />
Melihat postur pekerjaan utama penduduk Indonesia dalam kondisi rapuh, ditambah
semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual lulusan perguruan tinggi,
maka sangat diperlukan terobosan dalam menciptakan lapangan kerja baru,
terutama yang berbasis industri kreatif atau industri budaya.<br />
<br />
Pada akhirnya, GBHN adalah sebuah visi pembangunan bangsa. Isinya harus
mengandung data-data statistik yang jujur (bebas rekayasa politik) serta
kumpulan deskripsi tentang langkah-langkah strategis pembangunan ke depan.<br />
<br />
Langkah tersebut harus ada ukuran dan standarnya. Hal itu harus selaras dengan
isu global terkait dengan</span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> <i>gross national happiness</i> </span><span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">(GNH), terkait dengan
strategi pertumbuhan bangsa yang berfokus pada upaya memperbaiki pendidikan,
kesehatan, dan kualitas hidup rakyat. Haruslah disadari bahwa dalam perspektif
global, kini produk domestik bruto (PDB) bukan lagi segalanya bagi pembangunan
bangsa<o:p></o:p></span><br />
<span style="color: #232323; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: #F7F7F7; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">- Reinventing GBHN, Investor Daily, 20
Pebruari 2014 <a href="http://www.investor.co.id/home/reinventing-gbhn/78442" target="_blank"><span style="color: #3b5998; text-decoration: none; text-underline: none;">http://www.investor.co.id/home/reinventing-gbhn/78442</span></a></span><span style="color: #3e454c; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2315930579729905800.post-53209859040701774742013-12-18T23:32:00.004-08:002013-12-18T23:32:35.622-08:00Polemik Subsidi Perikanan dan Nasib Nelayan Kecil<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;">Koran Jakarta , 15 Desember 2013</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 115%;">Masalah subsidi
perikanan telah menjadi polemik hebat di tingkat global. Negara-negara maju tak
henti-hentinya menuntut dihapuskannya subsidi perikanan dalam berbagai forum.
Ada baiknya menepis tuntutan diatas, termasuk dalam forum KTM WTO di Bali.
Indonesia jangan sampai terjerumus dalam polemik subsidi perikanan sehingga
usaha untu memperbaiki nasib nelayan kecil terganggu. Selama ini definisi
tentang nelayan kecil di forum internasional masih bias. Begitupun di dalam
negeri juga masih terjadi perbedaan pendapat terkait definisi nelayan kecil.
Padahal definisi baku tersebut perlu segera ditentukan karena terkait dengan
esensi Peraturan Pemerintah tentang Pembudidaya Kecil dan Nelayan Kecil. Selama
ini jumlah subsidi yang diberikan pemerintah untuk usaha perikanan tidak kecil
dan pada saat ini negara-negara maju cenderung beranggapan bahwa subsidi
perikanan mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat dan menimbulkan
dampak serius terhadap cadangan ikan. Saat Deklarasi Paracas di Peru yang
merupakan forum menteri kelautan dan perikanan kawasan Asia Pasifik yang
tergabung dalam forum Asia Pacific Economie Co-operation (APEC), pemerintah
Indonesia memutuskan untuk tetap memberikan subsidi perikanan bagi nelayan
berskala kecil meskipun hal tersebut mendapat pertentangan dari negara-negara
maju. Akar persoalan subsidi perikanan tidak sama bagi negara maju dengan
negara berkembang. Sehingga sulit dicari titik temu. Namun demikian Indonesia
juga harus memperhatikan kaidah di dalam Agreement on Subsidies and Countervailing
Measures (ASCM) yang terdapat dalam dokumen WTO yang terbit 1999. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: #F7F7F7; color: #3e454c; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f7f7f7; color: #3e454c; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Ada masalah
yang terkait dengan pemberian subsidi perikanan yang tidak tepat sasaran. Yang
menerima justru bukan nelayan kecil yang sebenarnya, tetapi jatuh kepada cukong
besar. Seperti kasus subsidi BBM kepada nelayan yang justru dimangsa oleh
pengusaha besar atau para penyelundup. Juga subsidi pengadaan kapal nelayan
yang tidak cocok spesifikasinya sehingga kapal tersebut tidak terpakai dan
sia-sia padahal sudah menghabiskan anggaran yang sangat besar. Dalam ketentuan
ASCM, definisi subsidi perikanan dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu
pertama, subsidi yang dilarang karena dapat meningkatkan kapasitas tangkap dan
mendistorsi perekonomian negara lain (prohibited subsidies). Kedua, subsidi
yang diperbolehkan selama tidak ada negara lain yang dirugikan karena kebijakan
itu (actionable subsidies). Dan ketiga subsidi yang tidak termasuk dalam dua
kategori tersebut (nonactionable subsidies). Di Indonesia pemerintah menyatakan
subsidi kepada pelaku pada sektor ini tidak ada hubungannya dengan kelebihan
kapasitas tangkap. Namun demikian, pencurian ikan oleh pihak luar dalam skala
besar dan jika dibiarkan begitu saja oleh otoritas keamanan laut Indonesia,
maka hal itu bisa dianggap sebagai prohibited subsidies khususnya meningkatkan
kapasitas tangkap. Apalagi kapal-kapal pencuri ikan tersebut memakai BBM
bersubsidi secara ilegal lalu membanjiri pasar domestik dengan ikan hasil
tangkapannya. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f7f7f7; color: #3e454c; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f7f7f7; color: #3e454c; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Selama ini dinas Kelautan dan Perikanan di daerah belum inovatif
dalam mengelola wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Potensi sumber daya
kelautan dan perikanan yang luar biasa besarnya itu belum terkekola dengan baik
akibat rintangan teknologi dan infrastruktur. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil sebaiknya mencakup program relokasi bagi nelayan. Kehidupan nelayan di
negeri ini didera sederet persoalan krusial. Berupa serbuan ikan impor dari
negara lain yang membanjiri pasar domestik. Juga masalah persediaan BBM untuk
melaut. Profesi nelayan kini masih terpuruk karena insentif dan program
pemberdayaan nelayan kurang menjangkau secara luas. Para nelayan sering tidak
bisa memenuhi biaya operasional. Akibatnya, waktu menganggur nelayan semakin
panjang. Program alih profesi bagi nelayan tangkap ke arah budidaya ternyata
juga kurang efektif dan justru menyebabkan stagnasi produksi dan semakin
tingginya intensitas pencurian ikan oleh pihak asing. Semua itu sebenarnya
takkan bertambah parah jika para nelayan tangkap jauh-jauh hari sudah diberdayakan
dengan menekankan aspek inovasi teknologi dan insentif BBM untuk melaut. Jika
program pemberdayaan nelayan bisa dilakukan secara efektif, target Indonesia
menjadi eksportir perikanan terbesar di dunia dengan produksi mencapai 65 juta
ton per tahun akan bisa cepat terwujud. Apalagi hal tersebut sangat didukung
oleh luas perairan laut yang mencapai 580 juta hektare. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f7f7f7; color: #3e454c; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f7f7f7; color: #3e454c; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Sayangnya, fakta
berbicara lain. Ada paradoks yang menyesakkan dada. Sebagai negeri maritim,
Indonesia harus impor ikan dalam jumlah besar untuk kelangsungan hidup industri
perikanan. Impor ikan setiap tahunnya meningkat 35 persen. Tahun 2012, impor
ikan sekitar 650.000 ton atau naik dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar
450.000 ton. Membanjirnya ikan impor baik yang legal maupun ilegal akibat
industri pemindangan dan pengalengan dalam negeri kekurangan bahan baku. Betapa
ironisnya ketika kita dihadapkan data dimana dengan luas lautan Indonesia yang
sekitar 5,8 juta kilometer persegi, produksi perikanan tangkap baru sekitar 5
juta ton per tahun. Jumlah itu jauh lebih rendah dari negara Tiongkok yang
menghasilkan ikan 16 juta ton per tahun meskipun perairannya lebih sempit.
Kondisi di atas sulit berubah karena SDM kelautan negeri ini masih terbelit
masalah keterbatasan alat tangkap dan kompetensi teknologi tentang kelautan dan
perikanan. Langkah Kementerian Perikanan dan Kelautan tentang pengadaan kapal
tangkap untuk nelayan banyak yang salah sasaran. Begitu juga pengadaan itu
belum ditunjang dengan pembangunan gudang ikan yang memadai. Gudang ikan
kapasitas 30 ton atau seukuran kontainer 40 feet saja memerlukan listrik 40
ribu watt. Sementara pasokan listrik sebesar itu masih sulit tersedia di daerah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Idealnya, gudang penyimpanan ikan dilengkapi
freezer selain cold storage. Mesin freezer akan membekukan ikan hingga minus 40
derajat untuk mempertahankan kualitas ikan dan mencegah berkembang-biaknya
bakteri. Proses pembekuan ini mutlak dibutuhkan sebelum ikan dipindahkan ke
cold storage dengan suhu minus 18 derajat sambil menunggu untuk dikapalkan
lebih lanjut.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f7f7f7; color: #3e454c; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f7f7f7; color: #3e454c; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%;"> Dinamika budaya dan sosial ekonomi masyarakat nelayan baik yang
akan direlokasi maupun yang akan menjadi tujuan relokasi sebaiknya dipahami
dengan baik untuk menghindari kemungkinan distorsi dari tujuan relokasi seperti
potensi terjadinya konflik. Relokasi nelayan dapat dilakukan dengan prinsip
mengefektifkan biaya operasi. Pentingnya kebijakan transformasi nelayan yang
bertujuan untuk merubah mata pencaharian nelayan baik secara vertikal, misalnya
dari nelayan menjadi pembudidaya ikan, pedagang perikanan atau pengolah ikan.
Atau bisa juga dilakukan secara horisontal yaitu mengalihkan profesi nelayan
menjadi kegiatan lain di luar sistem perikanan. Kebijakan tersebut merupakan
adopsi dari salah satu bentuk pengelolaan sumberdaya perikanan yang ditekankan
oleh FAO melalui Code of Conduct for Responsible Fisheries. Yaitu bentuk
Regional Fisheries Management Organization. Yang pada prinsipnya kebijakan
tersebut menitikberatkan pada kerjasama regional atau level negara dalam
pemanfaatan sumberdaya perikanan lintas batas.</span></div>
Harjoko Sangganagarahttp://www.blogger.com/profile/14817525320844684107noreply@blogger.com0